by

Benah-Benah Taman Wisata Perairan Gili Matra

MATARAM – Kawasan wisata Gili Indah yang meliputi pulau – pulau kecil Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air merupakan destinasi unggulan di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Gili Indah menjadi pilihan wisatawan mancanegara yang kebanyakan datang dari Bali langsung menggunakan kapal cepat.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, rata-rata setiap harinya ada 35 trip penyeberangan kapal cepat dari Bali ke Gili Indah.  Penumpangnya mencapai 2000 – 3000 orang. Mereka berlibur di sana sambil menikmati diving dan snorkling

Di kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra yang meliputi Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan tersebut terdapat sekitar 58 spot obyek wisata bawah air yang menjadi destinasi wisata yang diminati wisatawan utamanya mancanegara untuk diving dan snorkling.

Kordinator Satuan Kerja TWP Gili Matra Lalu Adrajatun menyebut nama – nama spot di sana antara lain Shark point, Turtle Heaven point dan berbagai bentuk taman terumbu karang buatan juga dilakukan seperti penempatan patung eksotis pasangan pria dan wanita di spot Bounty Gili Meno, patung Garuda dan bahkan tahun 2016 dilakukan penenggelaman sebuah kapal laut dan setahun kemudian, 2017, 20 badan skuter sebagai rumpun terumbu karang.

Tepatnya 23 Februari 2016, para pelaku usaha di bawah naungan Gili Eco Trust di Gili Trawangan menenggelamkan sebuah badan kapal tug boat seharga Rp400 juta. Panjangnya 28 meter, lebar delapan meter, dan tingginya delapan meter di perairan barat laut Gili Trawangan. Kapal itu ditempatkan di kedalaman sekitar 25 meter dekat lokasi penyelaman Halik Point yang dikenal sebagai sarang kima, sejenis keong laut berukuran besar.

Setahun kemudian, 25 Maret 2017. skuter-skuter itu sumbangan pengguna skuter untuk rumpon terumbu karang. Peletakan badan skuter itu dilakukan oleh 18 penyelam, empat di antaranya orang asing di kedalaman 10 meter. ”Kegiatan pemulihan lingkungan ini didukung banyak pihak,” kata anggota klub skuter di Lombok, Green Army Independent Scooter, Acok Zani Baso yang juga ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan.

Acok Zani Baso ingin mengulang adanya donasi untuk menambah spot rumpon buatan yang berupa penenggelaman alat ransportasi lainnya. ”Jika mungkin badan pesawat yang menganggur di Juanda disumbangkan ke sini,” ujar Acok Zani Baso, Sabtu 5 Juni 2021 pagi.

Haji Malik  dari Gili Eco Trust menyebutkan penenggelaman kapal berdampak sangat bagus luar biasa menghasilkan karang dan menjadi lokasi ikan.

Ada rencana di Gili Matra dan Gili Balu di Sumbawa direhabilitasi dan kelola terumbu Karang oleh Climate Change Trust Fund (ICCTF) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) akan melaksanakan Coral Reef Rehabilitation Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) atau dikenal dengan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang yang fokus pada manajemen pengelolaan.

Sebagai daerah segitiga Amazon of The Sea, manajemen pengelolaan kawasan konservasi perairan (KKP) di NTB terutama pelestarian terumbu karang membutuhkan peningkatan efektifitas pengelolaan.

“NTB termasuk KKP Lesser Sunda. Pilot projectnya ada di Nusa Penida, Bali dan Gili Matra dan Gili Balu di NTB,” kata Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/  Bappenas Sri Yanti di Hotel Katamaran, Malimbu, Jumat 4 Juni 2021.

Sri Yanti mengakui telah banyak program serupa dari berbagai pihak untuk dukungan konservasi.  Akan tetapi dukungan COREMAP-CTI Asian Development Bank untuk Gili Matra sebesar $ US 1,282 juta dan Gili Balu sebesar $ US 985.352 sampai Desember 2022, fokus  dalam hal manajemen pengelolaan konservasi.

COREMAP-CTI ini didukung sejumlah pihak terkait. Seperti dari Asian Development Bank yang akan dilakukan oleh ICCTF serta mitra pelaksana yang akan mengerjakan empat proyek di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra dan Taman Pulau Kecil (TPK) Gili Balu

Project ini sendiri telah dimulai pada 4 Maret 2020 dan akan berakhir pada 31 Desember 2022. Targetnya untuk mencapai 80 persen Kategori Biru di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra, dan mencapai 100 persen Kategori Hijau di Taman Pulau Kecil (TPK) Gili Balu.

Sekretaris Utama Kementerian PPN/ Bappenas, Himawan Haryoga mengatakan, upaya ini untuk menghasilkan kebijakan yang lebih komprehensif dalam pengelolaan konservasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah dan pusat untuk ditiru dan dilakukan di daerah lain.

Menurut Himawan Hariyoga Djojokusumo, wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang tinggi. Indonesia juga dikenal sebagai negara megabiodiversitas (megabiodiversity) kedua terbesar di dunia. Indonesia memiliki 25 persen spesies dunia, 3.429 jenis ikan hidup di air laut dan 39 persen jenis ikan karang. Sebagian dari jenis ikan tersebut 120 jenis tercatat sebagai ikan endemik. Kemudian terumbu karang Indonesia meliputi 14 persen terumbu karang dunia dan yang terdiri atas 596 jenis karang.

Sebagai upaya perlindungan biodiversitas tersebut, diperlukan daerah perlindungan laut yang terkelola dengan baik guna menjamin keberlanjutannya. Ini menjadikan Gili Matra dan Gili Balu sebagai salah satu percontohan konservasi terumbu karang.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed