Musim Kemarau Hasil Panen Padi Gamagora 7  Mencapai 12,16 Ton Perhektar

PENGEMBUR LOMBOK TENGAH – Untuk mengatasi tanam padi di daerah kering sulit air irigasi, Kelompok Remaja Tani di Desa Pengembur berhasil melakukan panenan padi varrietas Gamagora 7v hingga 12,16 ton per hektar. Mereka,melakukan uji tanam lebih cepat dua minggu dibanding tanam padi biasanya yang berlangsung selama tiga bulan. Dari mulai tanaam 16 Mei 2024 lalu, hasilnya pun dua kali lipat dibanding varietas lainnya.

Panenan padi Gaamagora 7 ini dilkaukan di Desa Pengembur Kecamatan Pujut Kabupateen Lombok Tengah, Senin 12 Agustus 2024 pagi tadi. ‘’Ini menggembirakan. Selain menurunkan biaya produksi padi,  perbaikaan pendapatan petani juga mengatasi gejolak inflasi jika terjadi lonjakan harga beras. Cocok dikembangkan di NTB,’’ kata Kepala Perwakilan Bnak Indonesia Nusa Tenggara Barat (BI NTB) Berry Arifsyah Harahap.

Pengujian tanam Gamagora 7 yang disebut padi ampibi karena bisa ditanam dua musim hujan dan kemarau ini, dibantu Universtias Gajaah Mada ini meurpakan bagian dari Program Sosial Bank Indonesia.  Uji tanam padi Gamagora 7 ini sudah dilakukan di di 8 lokasi dianaranya enam lokasim tadah hujan.

Asisten II Sekretaris Daeraah Kabupaten Lombok Tengah Lendek Jayadi juga mengatakan kesiapan daerahnya untuk meningkatkan produksi beras sebagai daerah yang akhir-akhir ini banyak dikunjungi wisatwan setelah adanya kawasan Mandalika dan sirkuit balap motor. ‘’Reviataliasi pola tanmam ini supaya tidak terjadi inflasi. ‘’Penduduk meningkat, dan event dunia semakin bertambah,’’ ujarnya.

Anggota Kelompok Remaja Tani Syaiful menyebutkan untuk menanam padi pada musim kemarau ini menggunakan pompa air sumur bor. Ia yang memiliki lahan sawah seleuas 800 meter persegi, menggunakana aliran listrik untuk mengairi sawahnya. Ia membiayaai listriknya untuk mengairi sawahnya selama tiga hari memelrukan token listrik Rp 600 ribu. ‘’Sebelumnya mengalami gagal panen. Tapi, semestinya pemerintaah percepat pembangunan bendungan Mujur agar sumber air di kampong pemukiman tidaka keirng,’’ ucapnya.

Menurut Taryono yang mengepalai Kelompok Peneliti Gama Gora di Universtias Gajah Mada, varrietas ini didapati sejak dilakukan penelitian tahun 2006.  ‘’Disebut padi Ampibi karena bisa ditanam di lahan sawah dan tadah hujan,’’ ujarnya. Ia juga menyebut varietas ini berasal dari Klaten Jawa Tengah.

Pada musim tanam 2023 lalu, Lombok Tengah mengalami surplus hingga 190 ribu ton setara beras dari lahan tanam seluas 52 ribu hektar yang menghasilkan 350 ribu ton gabah kering giling setara beras. Waktu itu Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan penghargaan Lumbung Pangan Nasional.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *