MATARAM – Secara rutin sebulan sekali Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (BI NTB) menjadikan rumah makan di seputar kota Mataram sebagai lokasi Bincang Bareng Media (BBM). Secara bergilir, dari lokasi di utara hingga selatan dan timur barat kota Mataram belasan wartawan yang melakukan liputan ekonomi mendengarkan paparan pertumbuhan ekonomi di NTB.
Sebelumnya, BI NTB sudah menjangkau berbagai usaha pertanian dan perkebunan di 10 daerah kota dan kabupaten. Tidak sekedar melakukan upaya penanamannya tetapi juga penjualannya ke kota besar di pulau Jawa dan bahkan ke mancanegara.
Rabu 24 Juli 2024 petang kemarin, Kepala Kantor Perwakilan BI NTB Berry Arifsyah Harahap dibantu Deputi Kepala BI NTB Winda Putri Listya menjelaskan kondisi ekonomi NTB selama triwulan II-2024. ‘’Perkembangan ekonomi NTB 2023 tumbuh positif dan akan berlanjut tumbuh lebih tinggi pada 2024,’’ kata Berry.
Ekonomi NTB pada Tw-I 2024 tumbuh sebesar 4,75 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan ditopang oleh kinerja investasi yang juga tumbuh meningkat, serta tetap tingginya konsumsi rumah tangga (RT) di tengah momentum HBKN Ramadhan.
Pertumbuhan ekonomi pada Tw-II 2024 diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan optimalisasi ekspor konsentrat tembaga pasca relaksasi oleh Pemerintah, tercermin dari pertumbuhan ekspor Tw-II 2024 yang sangat signifikan. ‘’Lebih lanjut, bergesernya panen raya padi turut mendorong pertumbuhan kinerja sektor pertanian,’’ ujarnya.
Adapun kinerja positif pertumbuhan ekonomi turut didukung oleh stabilitas barang dan jasa. Pada bulan Juni 2024, deflasi kembali terjadi sebesar -0,26 persen mtm sejalan dengan sumbangan deflasi dari komoditas hortikultura. Adapun inflasi tahunan Provinsi NTB tercatat sebesar 2,12 persen (yoy), terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1 persen.
Mengenai perkembangan inflasi NTB TAHUN 2024, pada bulan Juni, NTB mengalami deflasi -0,26 persen (mtm). Adapun secara tahunan inflasi terjaga dalam rentang 2,5±1 persen (yoy).
Deflasi terpantau berlanjut pada Juni 2024 sebesar -0,26 persen (mtm), meski tidak sedalam dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi NTB sebesar 2,12 persen (yoy), terkendali dalam rentang 2,5±1 persen (yoy).
Secara khusus, deflasi yang terjadi pada periode Juni 2024 terutama berasal dari komoditas tomat dan bawang merah seiring dengan berlangsungnya masa panen yang mendorong peningkatan pasokan di pasar. Di sisi lain, deflasi lebih dalam relatif tertahan dengan inflasi yang terjadi pada komoditas beras seiring dengan adanya kebijakan penyesuaian HET beras medium dan premium.
Adapun secara spasial, ketiga kab/kota perhitungan inflasi di Provinsi NTB tercatat mengalami deflasi, dengan deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Sumbawa.
Hingga pecan ketiga Juli 2024, harga mayoritas komoditas pangan stabil. Di sisi lain, perlu diwaspadai harga cabai rawit yang terus meningkat.
Perkembangan Pusat Informasi Harga Pengan Strategis (PIHPS) terkini menunjukkan bahwa mayoritas harga komoditas pangan strategis terpantau terjaga. Harga beras, telur ayam, daging sapi, bawang putih, cabai merah, gula pasir dan minyak goreng cenderung stabil, sementara harga bawang merah masih tercatat menurun. Meski demikian, perlu untuk diwaspadai harga cabai rawit yang terus meningkat sejak pekan-1 Juli 2024, sehingga dapat dijadikan fokus operasi pasar ke depan.
Upaya pengendalian inflasi melalui sinergi operasi pasar sampai dengan Juli 2024, telah dilakukan sebanyak 126 kali operasi pasar murah (OPM) di Provinsi NTB. Menyikapi fluktuasi pergerakan harga beberapa komoditas selama tahun 2024, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi NTB secara total telah melaksanakan OPM dengan rincian komoditas berupa beras, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng. ‘’Sebagai penguatan ke depan, OPM akan difokuskan juga pada komoditas yang masih memiliki sumbangan inflasi secara year to dated yang tinggi,’’ ujarnya.
Akselerasi penyaluran kredit perbankan NTB berlanjut didukung likuiditas yang memadai dan risiko yang tetap terjaga. Pertumbuhan positif penyaluran kredit berlanjut di triwulan II 2024 meski melandai, dengan didukung rasio NPL (1,72 persen) yang tetap terjaga jauh di bawah ambang batas. Penyaluran kredit perbankan (lokasi bank) tumbuh sebesar 15,33 persen (yoy), ditopang oleh akselerasi pertumbuhan kredit konsumsi, serta kredit investasi yang tetap tumbuh tinggi.
Di sisi lain, secara sektoral, pertumbuhan kredit ditopang oleh tetap positifnya pertumbuhan kredit pertanian, pertambangan, dan perdagangan meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan penyediaan akomodasi mamin terpantau lebih baik meski masih terkontraksi. Lebih lanjut, pertumbuhan positif penyaluran kredit turut diimbangi dengan likuiditas yang memadai. Hal ini tercermin dari penghimpunan DPK yang tumbuh terakselerasi dari 7,24 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 18,14 persen (yoy) pada triwulan berjalan.
Perkembangan stabilitas system keuangan NTB, kredit tumbuh positif sebesar 15,33 persen (yoy) pada triwulan II 2024. Kredit konsumsi terpantau tumbuh terakselerasi. Penyaluran kredit tumbuh positif 15,33 persen (yoy) pada triwulan II 2024. Pertumbuhan positif tersebut ditopang oleh akselerasi pertumbuhan kredit konsumsi, serta kredit investasi yang tetap tumbuh tinggi. Lebih lanjut, akselerasi pertumbuhan kredit konsumsi turut tercermin dari penyaluran kredit rumah tangga, khususnya KPR dan kredit rumah tangga lainnya yang masingmasing tumbuh terakselerasi sebesar 16,15 persen (yoy) dan 26,59 persen (yoy).
Adapun secara sektoral, pertumbuhan kredit ditopang oleh tetap positifnya pertumbuhan kredit pertanian, pertambangan, dan perdagangan yang menjadi sektor utama Provinsi NTB. Sejalan dengan itu, kredit UMKM terpantau tetap tumbuh tinggi sebesar 10,62 persen (yoy), dengan pangsa (lokasi bank) mencapai 32,41 persen (lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 31,41 persen) dari total penyaluran kredit.(*)