by

Wisata di Pinggir Sungai Gajah Wong Yogyakarta

YOGYAKARTA – Untuk lebih meningkatkan usaha wisata dan industri kerajinan di Nusa Tenggara Barat (NTB), Bank Indonesia NTB mengajak belasan anggota Forum Wartawan Ekonomi untuk meninjau Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 5 – 7 Januari 2023.

Kepala Kantor Perwakilan BI NTB Heru Saptaji yang menggagas kegiatan Sharing & Inspiring Visit – Capacity Building di DIY.  Di sana tidak hanya memiliki wisata budaya. Tetapi ada  wisata alam dan ikutannya yaitu potensi industri kerajinan. ‘’Sewaktu pandemi C-19, tidak ada yang tutup. Tidak seperti Senggigi,’’ katanya.

Perjalanan mengunjungi DIY untuk mengembangkan pariwisata dan ekspor di NTB. Di sana industri kerajinan dan ekspor baik – baik saja. Berbeda dengan Senggigi Lombok Barat yang terdampak adanya pandemi Covid-19 kemudian banyak yang tutup dan mengalami collaps. ‘’Ini sangat penting. Relatif sangat pesat pertumbuhannya,’’ ujarnya.

Sebelumnya di sana ada kompleks lokalisasi prostitusi yang terkenal di Yogyakarta bernama Sarkem singkatan dari Pasar Kembang yang legal karena ada bimbingan dan pengawasan dari pemerintah setempat . Menurut ceritanya di sana terdapat 300an WTS yang berada di Sarkem.. Waktu itu, ada pengawasan dari pemerintah setempat. Seiring perkembangan keadaan, akhirnya ditutup. Ada wisata ahlak di Yogyakarta.

Setelah ditutup oleh pemerintah setempat, Desa Giwangan bangkit sebagai desa wisata yang populer di DIY. Aliran sungai Gajah Wong yang dinilai sebagai lokal heritage karena memiliki kisah dari seorang prajurit yang diperintqahkan memandikan seekor gajah  Sewaktu prajurit tersebut mengeluhkan tidak adanya air di sungai tersebut, mendadak air bah sungai tersebut menghanyutkan sang gajah dan prajurit sampai hilang. Karenanya setelah itu sungai tersebut dinamakan Sungai Gajah Wong.

Mantri Pamong Praja Kemantren Umbul Harjo (istilah yang digunakan di DIY alias Camat) Rajwan Taufiq menyebutkan di desa ini semula miskin ekonomi dan ahlak.  Setelah dilakukan pembenahan di sepanjang tepi sungai yaitu rumah penduduk dimundurkan sekitar empat meter, terbukalah jalan lingkungan yang baru. ‘’Jalan yang melebar menimbulkan pertumbuhan ekonomi,’’ ucapnya.

Pengunjungnya mencapai 300 orang per hari dan akhir pekan setiap Sabtu – Ahad dikunjungi dua kali lipatnya. Yang menjadi obyek wisata adalah kolam pemeliharaan ikan dan lainnya terpisah berupa kolam pancingan.

Di sepanjang 500an meter di depan rumah penduduk, dibuatkan kolam ikan. Ini memanfaatkana air yang berasal dari Bendungan Lepen. Pengunjung diwajibkan membeli pelet sebagai pakan  ikan. Ini pengganti karcis masuk kawasan. Setiap empat bulan menghasilkan 3,5 ton ikan yang nilai jualnya sekitar Rp 75 juta. Penjualannya Rp 32 ribu perkilo lebih murah dibanding harga di pasaran Rp 38 ribu perkilo.  ‘’Uangnya untuk masyarakat,’’ kata Ketua Kampung Wisata Gajah Wong Suwarto.

Desa Giwangan juga mengembangkan tanaman  Klengkeng yang bijinya merah. Tumbuh di sepanjang jalan. Tidak dijual tetapi di makan di tempat.

Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai berhasil memundurkan rumah penduduk yang semula menjorok di pinggir sungai. Dimundurkan. Juga mengubah rumah menghadap ke sungai. Tidak membelakangi sungai yang alirannya berasal dari Bendung Lepen.

Masuk lokasi tanpa bayar tetapi diharuskan membeli pelet untuk umpan ikan. Rp 2 ribu per gelas. Rata-rata usia empat bulan dijual. Menghasilkan 3,4 ton yang harganya Rp 75 juta untuk masyarakat. Usaha ini mengurangi angka kemiskinan sebesar 50 persen.

Sebagai heritage sungai Gajah Wong adanya Gajah yang diminta dimandikan tetapi orang yang disuruh berkomentar tidak ada air. Mendadak air bah datang dan menenggelamkan keduanya. Sewaktu gempa 2010 di Yogyakarta, masyarakat tinggal di pinggiran sungai. Dulu dianggap sebagai sungai terkotor di DIY. ‘’Di sini semula miskin ekonomi dan miskin ahlak. Kini menjadi kampung taqwa, ‘’ kata Lurah Giwangan Dyah Murni Warini.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Selamet Hariyanto menjelaskan bahwa rata-rata sehari menghabiskan 15-20 kilo pelet yang digunakan pengunjung untuk memberi umpan ikan. Setiap petak sepanjang 30 meter menghasilkan 8 kwintal ikan. Dijual Rp 32 ribu perkilo di bawah harga pasar Rp 38 ribu. ‘’Panenannya setiap empat bulan,’’ katanya.

Pengunjung Kampung Wisata Gajah Wong ini jika hari Senin – Jum’at dikunjungi seharinya rata-rata 300 orang. Sedangkan Sabtu – Ahad dua kali lipatnya.  Tidak ada ticket masuk. Hanya dikenai parkir seihlasnya.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed