by

Wisata di Desa Kebon Ayu Lombok Barat

GIRI MENANG – Jum’at 27 Agustus 2021 lalu, bupati Lombok Barat Fauzan Khalid meresmkan gerakan SITEBEL di Desa Kebon Ayu. SITEBEL adalah singkatan dari Silaq Te Belanje Le Warung Kodeq (Silahkan Belanja di Warung Kecil) adalah gerakan mendukung kebangkitan UMKM dan pedagang kecil di sekitarnya.

Desa Kebon Ayu yang terletak sekitar 10 kilometer di barat pusat pemerintahan Giri Menang Kabupaten Lombok Barat ini lengkap, selain alamnya yang masih asri disini juga ada budaya dan kuliner yang bisa menjadi daya tarik tersendiri,.

Ketua Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Bidadari di Desa Kebon Ayu, Mustapa, 44 tahun, alias Abah, memperkenalkan adanya bukit Bidadari (akronim dari Bersih Indah, Aman Damai dan Religius) yang mampu menampung 100 orang berkembah di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. ”Kami ingin mendorong sebagai bukit kemah yang layak dipromosikan,” katanya kepada Tempo, Ahad 29 Agustus 2021 petang.

Bila sore, dari bukit tersebut bisa melihat sunset view, areal pertanian dan juga Jembatan Gantung peninggalan Belanda tahun 1932. dan fasilitas wisata air di bawahnya.

Menurut Abah, Desa Kebon Ayu juga menyimpan warisan keterampilan menenun khas desa setempat. Ia menyebut ada kain tenun yang digunakan untuk kelengkapan selendang khitan anak. Ada pula kain Ragi Proa untuk kain selimut adat. Kain tenunan tersebut kain panjang motif hijau, merah, hitam. Kain untuk perempuan tersebut dinamakan kain Gumilang yang setelah selesai pembuatannya harus dijemur di luar. Ini sesuai namanya gumilang dari kata Gumi yang berarti bumi.

Pokdarwis Bidadari juga menyiapkan agro wisata Golden Melon di dalam empat bangunan empat green house) yang sewaktu panen kelak 2-3 bulan mendatang pengunjung yang datang melakukan panen untuk petik sendiri. ”Dikembangkan secara hidroponik. Bisa menghasilkan satu ton satu green house,” ucapnya.

Abah juga , menyebutkan desanya memiliki potensi budaya mulai dari kesenian gamelan yang digunakan untuk pentas termasuk pengiring Nyongkolan – salah satu bagian dari tradisi perkawinan suku Sasak, penyemangat atraksi adu pukul Perisaean, menyambut kedatangan tamu, dan pengiring joged gandrung.

Kini, wisata kuliner juga melengkapi kemeriahan menyambut pengunjung yang biasanya singgah bersepeda dari kota Mataram dan sekitarnya. ”Kami menyiapkan wisata kuliner dan agro wisata,” kata Abah.

Berbagai rupa sajian jajanan desa berupa Lak-Lak (serabi ukuran kecil), Lupis, Gagak Ngarem yaitu ketan hitam dicvampur gula. Di sana juga ada sate Jamur yang khas menggunakan dua pilihan yaitu bumbu kacang dan bumbu Sate Bulayak. ”Setiap hari tersedia,’ ujarnya.

“Selain itu di Desa Kebon Ayu ini juga ada kerajinan tenun yang dari dulu juga sudah menjadi binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, tapi masih jarang yang tahu, sekarang tinggal bagaimana pembinaannya dan promosinya,” lanjut Agus.

Mustapa juga mengatakan jika saat ini pokdarwis dan pemerintah desa sedang bekerjasama dengan para agen travel untuk menggarap suatu paket wisata menarik yang layak dijual kepada wisatawan.

Mereka sedang melengkapi akses pendukungnya, misalkan di Jembatan Gantung akan disiap siagakan cikar (transportasi tradisional) untuk membawa tamu melihat spot-spot wisata dan para penenun di kampung. Kemudian juga akan menyediakan sepeda untuk masuk ke area agrowisata berupa buah melon. Selanjutnya akan memberikan cinderamata kepada setiap pengunjung berupa topi khas Kebon Ayu yang terbuat dari bambu.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed