MATARAM – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Heru Saptaji menyampaikan perkembangan perekonomian NTB di sepanjang tahun 2020 serta tantangan pengendalian inflasi pada tahun 2021.
Secara tahunan perekonomian NTB membaik tercermin dari berkurangnya kontraksi pertumbuhan dari sebelumnya sebesar -1,40 persen (yoy) di triwulan II-2020, menjadi -1,11 persen pada triwulan III-2020. Secara triwulanan, perekonomian NTB tumbuh positif dari 0,48 persen menjadi 3,01 persen di triwulan III-2020. ”Inflasi NTB pada November 2020 masih dalam koridor yang baik,” katanya.
Yakni sebesar 0,51 persen (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional 1,50 persen (yoy) dan lebih rendah dibanding inflasi NTB pada November 2019 sebesar 1,74 persen (yoy). Inflasi yang terjaga terutama bersumber dari menurunnya permintaan bahan makanan serta tarif angkutan penumpang akibat pembatasan mobilisasi masyarakat di masa pandemi.
Di tengah menurunnya permintaan bahan makanan, kelompok volatile food (kelompok bahan makanan yang bergejolak) menunjukkan ketidakstabilan harga. Sampai dengan November 2020, kelompok volatile food yang paling sering menjadi penyumbang inflasi pada tahun 2020 di antaranya bawang merah, minyak goreng, beras, jeruk, dan jagung manis.
Dilihat secara historis dari tahun 2016 sampai dengan November 2020, komoditas beras menjadi penyumbang inflasi volatile food utama, diikuti oleh daging ayam ras, bawang putih, cabai merah, telur ayam ras. Untuk menanggapi ketidakstabilan harga, berbagai upaya pengendalian inflasi dalam kerangka 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) telah dilakukan oleh TPID NTB di sepanjang tahun 2020.
Dalam menjaga ketersediaan pasokan di masa pandemi, terdapat program JPS Gemilang pemberian paket bantuan berupa beras dan komoditi kebutuhan pokok lainnya yang memberdayakan 4.673 UKM/IKM dan kelompok usaha kecil di NTB (Pemprov), program Intensifikasi Sapi Potong dan Kampung Unggas Terpadu (Dinas Peternakan), Samsat Perizinan Kapal Perikanan (Dinas Kelautan dan Perikanan), serta Optimalisasi Teknologi Pertanian yang didukung oleh Bank Indonesia melalui klaster binaannya seperti teknologi double chromosome untuk peningkatan produktifitas bawang putih dan teknologi plasma ozon untuk memperpanjang masa simpan bawang merah.
Sampai Selasa 15 Desember 2020 dua daerah Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima menjadi zona merah pandemi Covid-19. Pertambahan positif Covid-19 tetap belasan orang setiap harinya. Karenanya, resiko penyebaran Covid-19 masih perlu diwaspadai.
Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi sewaktu hadi dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB selaku ketua harian yang juga Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Covid-19 mengemukakan bahwa jumlah penduduk yang terkena Covid-19 di NTB mencapai 5.135 orang. ”Di NTB dua) kabupaten/kota yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masih berada di zona merah,” ucapnya.
Kunci utama untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 adalah dengan disiplin penerapan protokol kesehatan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ia menyinggung pandemi COVID-19 yang turut memberikan dampak penurunan kondisi perekonomian di tahun 2020. ”Namun demikian, terdapat optimisme bahwa perekonomian pada tahun 2021 akan mengalami rebound,” ujarnya.
Sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi tersebut, Lalu Gita Aryadi meminta agar potensi peningkatan tekanan inflasi dapat diantisipasi terutama pada event-event hari besar keagamaan serta persiapan penyelenggaraan event Moto GP Mandalika di tahun 2021.(*)