MATARAM – Dalam waktu dekat, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menghadapi even-even internasional seperti FIM Motul Superbike pada 14 November 2021 dan World Championship Grand Prix (MotoGP) pada 12-14 November 2022.
Potensi pemasukan Indonesia dari even di sirkuit Mandalika sebesar US $ 15 juta. Potensi dampak ekonomi diprediksi akan melampaui MotoGP Buriram di Thailand, yang meraup US $ 10 juta yang dihasilkan dari layanan transportasi dan akomodasi, makanan dan minuman, serta hiburan.
Namun, penyebab wisatawan takut berkunjung ke destinasi wisata diantaranya belum meratanya program vaksinasi Covid-19 di Provinsi NTB, belum adanya obat jika sudah terpapar, tidak adanya teknologi monitoring kontrol kualitas udara “covid-free area”, dan kasus pelanggaran protokol kesehatan covid-19 di daerah destinasi wisata.
Dampak Covid-19 cukup besar terhadap sektor ekonomi dan pariwisata khusunya terhadap kunjungan wisatawan mancanegara 2019-2021 sangat signifikan penurunannya.
Sebelum pandemic Covid-19 rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sejumlah 1,4 juta per bulan, saat pandemi hingga saat ini rata-rata wisatawan turun menjadi 160 ribu wisatawan per bulan.
Sektor pariwisata provinsi NTB yang menjadi World’s Best Halal Tourism Destinations perlu upaya maksimal untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berwisata.
Nah, untuk mewujudkan NTB Gemilang bebas Covid-19 perlunya Sistem Deteksi dan Surveilans Virus SARS-Cov2 di udara pada berbagai destinasi dan fasilitas pendukung pariwisata unggulan di provinsi NTB.
Inovasi yang ditawarkan oleh Sumbawa Techno Park yang merupakan sarana untuk menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara lembaga litbang, universitas dan industry berlokasi di Dusun Batu Alang, Desa Leseng, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yaitu dengan Sistem Deteksi dan surveilans virus SARS-Cov2.
Ahad, 13 Juni 2021 di Bandara Sultan M Salahudin Bima, Direktur Sumbawa Techno Park Dr. Kiki Yulianto, S.TP., MP mendampingi tim berkesempatan mempresentasikan system di depan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno bersama Gubernur NTB Zulkieflimansyah juga dihadiri oleh public figure yaitu Atta Halintar, Aurel Hermansyah, dan Rigen Rakelna melakukan presentasinya.
‘Harapan dari presentasi tersebut, Kemenkeraf memberikan bantuan berupa penambahan fasililitas alat yang dibutuhkan untuk menjalankan program Sistem Deteksi dan surveilans virus SARS-Cov2. ”Yang dapat mendukung program pariwisata di NTB dan mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berwisata di NTB,” katanya kepada Tempo, Senin 14 Juni 2021 sore.
Sistem ini menggunakan seperangkat alat pengecekan keberadaan partikel virus SARS-Cov2 berikut deteksi varian baru dari virus tersebut. Sistem ini menggunakan serangkaian alat yang terdiri dari air quality sampler, Real-time Polymerase Chain Reaction (RT- PCR), dan Ilumina Sequencer.
Tim ahli yang membantu dalam program ini yaitu Dr.Ali Budhi Kusuma, S.Si., M.Sc., ALS lulusan S-3 Mikrobiologi dari Newcastle University – UK, Dr. Ari Pribadi, S.T., M.T lulusan S3 Air pollution and environmental science King’s College London & Imperial College, UK, dan Haryandi, S.T., M.Eng. ahli madya lingkungan kerja.
Menurut Kiki Yulianto, nama alat yang dibutuhkan bantuannya dari Kemenparekrat adalah Ilumina Sequencer. Harganya bervariasi antara Rp 2 miliar sampai Rp 4.5 miliar. ”Fungsinya untuk mengetahui cetak biru (blueprint) suatu mahluk hidup dalam bentuk urutan kode genetik (DNA), ” ujar Kiki.
Alat tersebut juga berfungsi untuk memetakan keseluruhan materi genetik virus SARS-cov2 dan memantau keberadaan varian baru dengan mengacu kepada cetak biru virus SARS-Cov2 yang ditemukan pertama kali.(*)