JAKARTA – Seiring dengan melesunya industri otomotif di sepanjang semester pertama 2024, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sedikit mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi Rp20 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan – termasuk pembiayaan bersama – mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen y/y menjadi Rp58,4 triliun.
Penjelasan tersebut dikemukakan Presiden Direktur Adira Finance Dewa Made Susila melelaui keterangan pers yang diterima Selasa 6 Agustus 2024 malam. Dikatakan, kondisi ekonomi domestik, industri otomotif juga dihadapkan dengan tantangan dimana penjualan ritel mobil baru mengalami penurunan sebesar 14 persen y/y menjadi 432 ribu unit selama semester pertama 2024. Untuk penjualan sepeda motor baru relatif stabil yaitu sebesar 3 juta unit. ‘’Hal tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang relatif menurun, suku bunga yang masih tinggi, serta depresiasi nilai tukar Rupiah,’’ katanya.
Menurutnya, di tengah stagnasi ekonomi global, perekonomian domestik pada pertengahan tahun 2024 juga dihadapkan pada tantangan yang ditandai dengan penurunan permintaan akibat peningkatan harga khususnya kebutuhan pokok, pelemahan kinerja manufaktur, dan pelemahan nilai tukar.
Namun demikian, Kementerian Keuangan tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal II-2024 diperkirakan masih relatif bertahan pada kisaran 5,0 persen-5,2 persen. Tingkat inflasi terjaga di level 2,51 persen dan suku bunga BI7DRR masih dipertahankan di level 6,25 persen pada Juni 2024. Nilai tukar Rupiah terdepresiasi 6,5 persen sejak awal tahun menjadi Rp16.421/USD.
Ekonomi global saat ini dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk ekspektasi suku bunga yang tinggi untuk periode yang lebih lama, tekanan inflasi, volatilitas harga komoditas, dan risiko geopolitik.
Namun demikian, menurut laporan terbaru dari Bank Dunia pada Juni 2024, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan stabil pada tingkat 2,6 persen untuk tahun 2024. Selain itu, untuk menjaga stabilitas ekonomi, Bank Sentral di negara-negara maju dan pasar berkembang juga diperkirakan akan tetap waspada dan hati-hati dalam melaksanakan langkah-langkah pelonggaran kebijakan.(*)