SURABAYA – Pertamina Marketing Region Jawa Timur Bali Nusa Tenggara (Jatimbalinus) memastikan pasokan energi aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Unit Manager Communication & CSR Marketing Region Jatimbalinus Deden Mochammad Idhani menjelaskan bahwa untuk konsumsi harian jenis produk Gasoline, diperkirakan naik sebesar 8,1 persen menjadi sebesar 16.700 KL pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri nanti, dan untuk produk Gasoil diperkirakan akan turun sebanyak 0,9 persen menjadi sebesar 6.560 KL konsumsi per harinya.
Sedangkan konsumsi LPG diprediksi akan naik mengingat kegiatan aktivitas di rumah dan momentum Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2021 yang membuat kegiatan memasak di rumah tangga bertambah, Pertamina mengantisipasi perkiraan peningkatan konsumsi harian LPG sebanyak 7 persen atau menjadi sebanyak 5.740 MT di wilayah Jatimbalinus.
Untuk mendapatkan harga sesuai HET untuk LPG 3 Kg, masyarakat dapat membeli LPG di pangkalan resmi yang dapat dikenali masyarakat dari papan nama atau spanduk yang terpasang di areal pangkalan. ”Selain itu, masyarakat juga dapat membeli di SPBU dan modern outlet yang menyediakan produk LPG,” katanya.
Deden menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir, karena BBM dan LPG ada dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Jatimbalinus selama Ramadhan dan Idul Fitri 2021. Masyarakat juga dapat berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan pelayanan Pertamina dan melaporkan apabila terjadi kendala dan hambatan distribusi produk Pertamina melalui Pertamina Call Center di nomor 135.
Pertamina juga menghimbau agar konsumen membiasakan bertransaksi secara cashless dengan penggunaan aplikasi MyPertamina, untuk mengurangi potensi penyebaran virus melalui uang tunai. “Saat ini juga, Pertamina memiliki promo hemat Rp.300,-/Liter tanpa batas maksimal untuk pembelian produk BBM jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex dengan menggunakan aplikasi MyPertamina yang berlangsung pada tanggal 1- 30 April 2021,” tutup Deden.
Dalam Triwulan Pertama di Tahun 2021 kemarin, Pertamina mencatat penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis Gasoline (Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo) sebesar 1.390.180 Kilo Liter (KL), BBM jenis Gasoil (Solar, Biosolar, Dexlite, dan Pertamina Dex) sebesar 596.380 KL, dan Liquified Petroleum Gas (LPG) sebesar 413.760 Metrik Ton (MT).
Pada BBM jenis Gasoline, Pertamina mencatat konsumsi tertinggi pada produk Pertalite dengan total konsumsi di Jatimbalinus pada Triwulan Pertama tahun 2021 sebesar 1.004.035 KL, diikuti dengan produk Pertamax dengan total konsumsi pada periode yang sama sebesar 217.755 KL.
“Hal ini juga menandakan masyarakat mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan pilihan penggunaan BBM yang lebih berkualitas baik bagi kendaraan maupun untuk lingkungan sekitar,” ujar Deden Mochamad Idhani, Unit Manager Communication & CSR Pertamina Marketing Region Jatimbalinus.
Pada BBM jenis Gasoil, Pertamina mencatat produk Dexlite dengan total konsumsi di Jatimbalinus pada Triwulan Pertama tahun 2021 sebesar 12.465 KL, sedangkan untuk produk Pertamina Dex, tercatat total konsumsi pada periode yang sama sebesar 8.890 KL. “Rata-rata konsumsi per hari untuk Dexlite tercatat sebesar 138 KL per hari, sedangkan Pertamina Dex sebesar 98 KL per hari,” ungkap Deden.
Sedangkan pada Liquified Petroleum Gas (LPG), Pertamina mencatat konsumsi LPG pada Triwulan Pertama Tahun 2021 sebesar 413.760 MT. Konsumsi tersebut mencakup LPG PSO (LPG 3 Kg) dan LPG NPSO (Bright Gas 5.5 Kg, Bright Gas dan Elpiji 12 Kg, LPG 50 Kg, serta LPG Bulk). Konsumsi tertinggi berada pada bulan Maret 2021 dengan total konsumsi LPG sebesar 145.615 MT.
“Konsumsi LPG secara umum pada bulan Maret tercatat naik sebesar 9 persen dibandingkan dengan rata-rata dari bulan Januari dan Februari Tahun 2021 yang tercatat sebesar 134.070 MT,” ujar Deden.
Lebih lanjut Deden juga menambahkan, mengingat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa wilayah Jatimbalinus, serta adanya himbauan untuk tidak mudik dari Pemerintah, bisa menyebabkan kebutuhan produk BBM cenderung turun dibandingkan dengan sebelumnya.(*)