JOGJA – Selama sehari, Sabtu 27 Maret 2021, Komunitas pecinta teh milenial di Indonesia, Acteavist menyelenggarakan untuk pertama kalinya Jogja Tea Festival, di Konkrite Kafe Sleman.
Penyelenggaraan Jogja Tea Festivala ini guna meluaskan pengenalan teh kepada masyarakat menonjolkan menggunakan teh asli Indonesia dalam festival kali ini.
Ini demi kesinambungan terhadap wisata, diharapkan para wisatawan bisa menjadikan beberapa kebun teh di Indonesia sebagai destinasi wisata baru. Masyarakat lingkar kebun teh diyakini akan merasakan manfaat dari perputaran ekonomi arus wisatawan.
Selain itu, karena ada beberapa bartender hotel berbintang ikut kompetisi ini, harapannya mreka juga mampu menjadi agen promosi teh di Indonesia. Kamar – kamar hotel juga diharapkan menyediakan teh – teh asli Indonesia untuk diseduh para tamu dikamar hotel. Inikan bisa jadi ajang promosi teh Indonesia juga
Diinisiasi pemilik Kedai Teh Dialog di Mataram Lombok, Cakra Virajati yang sebelumnya juga pernah menjadi staf Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, menghadirkan tujuh usaha, peserta workshop dan kompetisi tea mixologi yang masing-masing diikuti olleh 10 orang peserta saja demi prokes. ”Semua dengan prokes ketat,.” kata Cakra Virajati yang pernah menjuarai Tea Masters Cup Indonesia 2019 ini.
Jogja Tea Festival 2021 didesain sebagai sebuah ruang pertemuan, edukasi dan kreatifitas dalam dunia teh Indonesia. Selain juga untuk menjaga semangat para insan teh, baik di hulu hingga hilir untuk terus bersemangat membangun industri teh di Indonesia walaupun terdampak pandemi.
Registrasi peserta tenant dan workshop pun sudah ditutup jauh-jauh hari karena menang sudah penuh. Bahkan ada pecinta teh yang datang dari Semarang, Bandung, Surabaya hingga Jakarta”, ujar Cakra yang kini menetap di Boyolali Jawa Tengah.
Jogja Tea Festival juga berhasil mengundang minat para pecinta teh di Jogjakarta. “Kami tidak menyangka antusiasme pengunjung juga cukup tinggi, ” katanya.
Peserta kompetisi diikuti oleh 10 orang peserta yang memiliki latar belakang bartender, barista maupun pecinta teh di Indonesia. Kompetisi tea Mixology dimenangkan oleh Arli Kurniawan dari Alter Space Jogja yang meracik minuman bernama Kilometer Terakhir dengan paduan sirup sereh, teh hijau jawa barat, belimbing dan kemangi. Ia berhasil membawa pulang total hadiah Rp 4,2 juta.
Seorang peserta asal Jakarta, Mayang, menggunakan bahan bahan dari Jepang, karena konsep minumannya memang bertemakan jepang. Dia menggabungkan teh hijau, wasabi, timun, jahe, citroen dan buah naga. ”Rasa yg dihasilkan unik banget,” ujarnya.
Diskusi seputar dunia teh membahas tentang karakteristik teh di Indonesia. Selain itu mengenalkan macam-macam teh. Mulai dari white tea, green tea, yellow tea, oolong tea, hingga black tea.
Menurut Cakra Virajati yang juga memberikan presentasi Tea Mixologi mengemukakan meracik minuman berbahan dasar teh. ”Hingga menjadi lebih enak dan bisa dijual kepada konsumen,” ujarnya.
Workshop tea mixology itu membahas tentang bisnis teh saat ini. Hadir pemilik TEABUMI Bandung Meiping Chandra yang membahas tentang merintis usaha teh hingga bertahan dikala pandemi
Pameran diisi oleh berbagai UMKM lokal di dunia teh, diantaranya Wikiti, Dekat Tea Ramu Padu, MoonShine, Swarna Tea, Tekoto dan Nona Camelia. Workshop diselenggarakan dua kali dengan tema Mengenal Teh Indonesia dan Peluang Usaha Teh Kekinian yang diisi oleh pakar teh di Indonesia.
Salah satu pengunjung Jogja Tea Festival, Wulan, mengaku ingin belajar lebih banyak tentang teh Indonesia. “Sepertinya teh sedang menjadi trend baru di Indonesia. Beberapa kafe juga sudah menyediakan teh Indonesia,” ucap Wulan. Selain untuk membeli teh, ia juga ingin menambah ilmu dari pembicara-pembicara di workshop Jogja Tea Festival.(*)