MATARAM – Potensi kekeringan yang mengancam lahan pertanian di Nusa Tenggara Barat atau NTB memerlukan eksistensi dam penampung dan salurannya yang didukung teknologi tinggi. Diperlukan ketersediaan sarana irigasi dan pengelolaan sumber daya air.
Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I atau BWS NT I Hendra Ahyadi menyampaikannya kepada Gubernur NTB Zulkieflimansyah sewaktu bertemu, Selasa 3 Agustus 2021. Menurutnya, usulan teknologi pembagi sarana irigasi yang disebut High Level Diversion (HLD) itu sendiri adalah skema sistem pembagi air dengan dua saluran induk interdependen dan 24 saluran dependen yang terkoneksi dengan 249 HeadWork (bangunan utama irigasi).
Pemanfaatannya untuk irigasi lahan seluas 98 ribu hektar, air baku untuk 1,17 juta kepala keluarga dan 610 juta m3 listrik. Untuk itu, revitalisasi dan modernisasi sudah diujicoba dan memanfaatkan teknologi hidrorobotika seperti sensor curah hujan, sensor tinggi muka air, kendali pintu air dan otomatisasi. ”Teknologi itu akan mengampu smart water management untuk modernisasi irigasi,” katanya.
Rencananya program ini akan dimulai Oktober 2021 sampai 2024. Dukungan World Bank juga merespon positif. Salah satu target program ini pula adalah penyediaan air baku bagi KEK Mandalika.
Zulkieflimansyah yang mengunjungi kantor BWS NT I juga meminta Hendra Ahyadi agar program tersebut disampaikan ke pusat. Termasuk realisasi kendaraan operasional motor listrik tiga roda buatan NTB. Rencananya, sebanyak 80 unit kendaraan operasional motor listrik roda tiga itu akan dibeli BWS NT I.(*)