by

PLTU Kian Ramah Lingkungan

JAKARTA – PLN terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya. Selain menyediakan pasokan listrik yang andal, dengan semangat Transformasi, PLN juga berkomitmen tinggi untuk terus menjaga kelestarian lingkungan, terutama yang dekat dengan pembangkit listrik.

Keberadaan PLTU yang berbasis bahan bakar batu bara ini menjadi andalan karena dinilai mampu menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik. Ini akan berimbas pada harga jual listrik kepada pelanggan yang lebih murah.

Dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah di dalam negeri, pemanfaatan sumber energi primer dari batu bara masih akan menjadi andalan. Ini karena Indonesia bukan hanya membutuhkan listrik yang murah namun juga yang andal. Dengan begitu, harapannya listrik yang terjangkau dan andal akan menggerakkan ekonomi negara.

Executive Vice President Corporate Communcation and CSR PLN, Agung Murdifi mengemukakan bahwa PLTU merupakan tulang punggung penyediaan tenaga listrik Nasional yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga yang perlu dilakukan adalah pengendalian emisi untuk menjaga kualitas lingkungan.

“Kami telah menjalin kordinasi dengan KLHK, dan terus berupaya memenuhi standar lingkungan yang telah ditetapkan oleh regulator,” kata Agung.

Pada tahun 2020, PLTU Tanjung Jati-B, salah satu PLTU milik PLN juga berhasil meraih Proper Emas dalam ajang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) tahun 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sementara 19 PLTU meraih Proper Hijau dan 96 PLTU meraih Proper Biru.

Proper Emas menjadi penghargaan tertinggi dari penilaian sebagai bukti upaya berkelanjutan perusahaan dalam bidang lingkungan, melakukan inovasi dalam aspek pemberdayaan sumber daya serta pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, yang artinya perusahaan telah menerapkan pengelolaan lingkungan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Sedangkan, Proper Hijau artinya perusahaan tersebut tidak hanya taat, tetapi melebihi ketaatan terhadap peraturan perundangan baik dalam hal penerapan sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, pengurangan dan pemanfaatan limbah B3, penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) limbah padat non B3, pengurangan pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca, efisiensi air dan penurunan beban pencemaran air, perlindungan keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan masyarakat. Sementara, Proper Biru artinya telah taat pada empat kriteria yang ditentukan yaitu pengendalian pencemaran laut dan Air, pengendalian pencemaran udara, implementasi AMDAL dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Selama 7 tahun terakhir, PLN NTB sendiri secara bertahap telah berhasil mempertahankan proper biru di 7 Unit, yaitu Unit Layanan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (ULPL TD) Paokmotong, ULPL TD Ampenan, ULPL TD Taliwang, ULPL TD Labuhan, ULPL TD Dompu, ULPL TD Bima dan ULPL TD Bima – Unit Ni’u.

Guna menjaga kelestarian lingkungan, PLN telah melengkapi PLTU berbahan bakar batubara yang sudah ada dengan Continous Emission Monitoring System (CEMS) yang berfungsi untuk memonitor emisi secara berkelanjutan. CEMS ini dipasang pada semua PLTU kapasitas diatas 25 Megawatt (MW) untuk melakukan pengendalian emisi secara real time.

Berbagai inovasi telah dilakukan agar PLTU menjadi lebih ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No P.15 Tahun 2019 tentang tingkat baku mutu emisi. PLN melakukan pengendalian kadar sulfur batu bara dengan cara pencampuran dan pemilihan batu bara dengan komposisi campuran sulfur yang dapat memenuhi kualitas baku mutu emisi Sulfur Dioksida (SO2).

Penggunaan Teknologi Rendah Karbon juga terus dilakukan melalui pembangunan PLTU dengan Teknologi Super Critical (SC) dan Ultra Super Critical (USC). PLN juga melakukan pemasangan peralatan FGD (Flue Gas Desulfurization) maupun SCR (Selective Catalytic Reduction) pada PLTU sebagai upaya mengendalikan emisi.

Untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), PLN juga terus mengembangkan program Co-Firing, yaitu pemanfaatan biomassa yang merupakan renewable energi sebagai pencampur batu bara untuk bahan bakar PLTU.

“Selain melakukan pembangunan EBT berskala besar, Program Co-Firing PLTU dengan biomassa ini merupakan langkah PLN untuk mendorong pemanfaatan EBT pada bauran energi nasional,” tambah Agung.

Co-Firing telah dilakukan uji coba di beberapa PLTU, antara lain PLTU Jeranjang (2×25 MW) dengan pelet sampah, PLTU Paiton (2×400 MW) pelet kayu, PLTU Rembang (2×325 MW) pelet kayu, PLTU Indramayu (3x330MW) pelet kayu, PTLU Tenayan (2×110 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Ketapang (2×10 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Sanggau (2×7 MW) dengan cangkang kelapa sawit, juga PLTU Belitung (2×16,5 MW) dengan cangkang kelapa sawit.

Secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan co-firing biomassa. Pembangkit tersebut tersebar di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.154 MW. Harapannya, Co-Firing dapat meningkatkan bauran EBT secara nasional.

Sejak tahun 2019, PLN NTB beserta anak usahanya PT Indonesia Power telah menggunakan biomassa sebagai substitusi penggunaan batu bara dalam proses co firing di PLTU Jeranjang. Kapasitas pemanfaatan biomassa ini sendiri adalah sebesar 3% dari total bahan bakar di boiler Circulated Fluidized Bed. Dalam pengembangannya, PLN juga bersinergi dengan Pemerintah Provinsi NTB, terkait dengan penyediaan hingga pengelolaan pelet.

Seluruh upaya yang dilakukan merupakan wujud komitmen PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik tanah air yang terjangkau dan tetap ramah lingkungan guna mendorong roda ekonomi bangsa yang berkelanjutan.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed