MANDALIKA – Selama triwulan (Tw) – III 2024 pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap terjaga dan tumbuh positif paska hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan libur tengah tahun di triwulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi NTB tumbuh cukup baik sebesar 6,22 persen (yoy) pada Tw-III 2024, ditopang oleh tetap baiknya pertumbuhan konsumsi RT dan kinerja ekspor yang didukung oleh kebijakan relaksasi ekspor konsentrat hingga akhir tahun.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi pada Tw-IV 2024 diperkirakan tetap positif meski relatif melandai sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertambangan yang memasuki fase penambangan batuan penutup dan kondisi cuaca yang kurang kondusif untuk tambang open-pit.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2024 pertumbuhan positif akan berlanjut dan akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2023. Lebih baiknya pertumbuhan ekonomi turut ditopang tingkat inflasi yang terjaga. Hingga November 2024, inflasi tahunan NTB tercatat terkendali sebesar 1,46 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Berry Arifsyah Harahap mengemukakan dalam Capacity Building Forum Wartawan Ekonomi NTB di Hotel Pullman di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Senin 9 Desember 2024. Dikatakan, data realisasi inflasi bulanan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan pola kenaikan yang konsisten menjelang akhir tahun, khususnya pada bulan Desember, seiring dengan meningkatnya permintaan saat HBKN Nataru. ‘’Komoditas utama penyumbang inflasi pada periode tersebut meliputi tomat, bawang merah, angkutan udara, telur ayam ras, dan cabai,’’ katanya.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi quick win dalam menjaga stabilitas harga melalui sinergi program operasi pasar murah yang berfokus pada komoditas dominan penyumbang inflasi di akhir tahun, sidak pasar, dan penguatan pemantauan arus distribusi, termasuk sosialisasi dan edukasi untuk menjaga eskpektasi masyarakat.
Ia menyebutkan Operasi Pasar Murah secara intensif dan masif di berbagai daerah selama periode HBKN NATARU. Sidak pasar di pasar utama dalam rangka memastikan ketersediaan pasokan dan harga pangan utama. Penguatan pemantauan arus distribusi pangan khususnya selama periode panen raya. Rapat koordinasi secara intensif antar Kementerian/Lembaga (K/L) dan Instansi terkait. Talkshow media (Radio & TV) dan ILM dalam rangka menjaga ekspektasi masyarakat.
Pertumbuhan kredit triwulan IV 2024 (Oktober) tetap tinggi dan tetap berada pada kisaran target tahun 2024 antara 10-12 persen. Berdasarkan lokasi proyek, penyaluran kredit di Provinsi NTB tumbuh 10,82 persen (yoy). Berdasarkan penggunaannya, berlanjutnya pertumbuhan positif penyaluran kredit didukung oleh penyaluran kredit konsumsi (11,25 persen yoy) dan kredit investasi (14,33 persen yoy) yang tetap tumbuh tinggi. Adapun penyaluran kredit turut didukung dengan likuiditas yang memadai dan risiko yang tetap terjaga.
Pada triwulan IV 2024 (Oktober), DPK tercatat tetap tumbuh positif sebesar 8,12 persen (yoy). Sementara itu, rasio NPL juga tercatat masih jauh di bawah ambang batas. Meski demikian, perlu terus dicermati sustainabilitas intermediasi ke depan seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi dari sisi permintaan.
Pertumbuhan positif penyaluran kredit berlanjut meski melandai dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang cukup baik tersebut ditopang oleh penyaluran kredit konsumsi (11,25 persen yoy) dan kredit investasi (14,33 persen yoy) yang tetap tumbuh tinggi. Sementara itu, berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit ditopang oleh sektor utama, yakni pertumbuhan penyaluran pada sektor pertanian yang tetap tinggi sebesar 14,59 persen (yoy) dan sektor perdagangan yang tumbuh terakselerasi 7,49 persen (yoy). Sejalan dengan itu, penyaluran kredit RT tercatat tetap tumbuh tinggi (11,80 persen yoy) ditopang oleh penyaluran KKB, KPR, dan kredit multiguna lainnya. Adapun kredit UMKM tercatat tumbuh lebih tinggi dari 9,45 persen (yoy) menjadi 10,45 persen (yoy) pada triwulan IV 2024 (Oktober).
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Provinsi NTB pada triwulan IV 2024 (Oktober) tercatat tetap positif sebesar 8,21 persen (yoy). Berdasarkan instrumennya, pertumbuhan DPK yang positif terutama ditopang oleh pertumbuhan instrumen tabungan yang terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 13,43 persen (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan instrumen giro tercatat tetap tinggi (12,17 persen yoy) meski melandai. Sementara berdasarkan golongan nasabah, tetap baiknya penghimpunan DPK terutama berasal dari pertumbuhan DPK perseorangan yang terakselerasi sebesar 10,48 persen (yoy). Adapun secara spasial, pangsa penghimpunan DPK terbesar di Provinsi NTB masih berada di Kota Mataram (pangsa 69 persen), diikuti dengan Kab. Sumbawa dan Kab/Kota Bima.
Aliran Kas pada triwulan IV 2024 (s.d. 15 Nov 2024) tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp0,64 triliun, meningkat dibandingkan net-outflow triwulan sebelumnya sejalan dengan kecenderungan peningkatan aktivitas ekonomi di akhir tahun, yang bersamaan dengan adanya pelaksanaan Pilkada serentak. Sejalan dengan itu, transaksi RTGS, SKNBI, dan BI-FAST secara total tumbuh meningkat pada triwulan IV 2024. Di sisi lain, penetrasi transaksi digital di Provinsi NTB terus berlanjut. Jumlah Pengguna APMK dan UE terus tumbuh meskipun sedikit melandai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Adapun QRIS selama tahun 2024 telah mencatatkan 34 ribu pengguna baru dan 38 ribu merchant baru, dengan akumulasi 15,01 juta volume transaksi.
Optimalisasi produksi dan ekspor konsentrat tembaga pasca perolehan relaksasi ekspor hingga akhir Desember 2024, sehingga izin ekspor 2024 lebih panjang 2 bulan dibandingkan tahun sebelumnya. Up side Adanya kenaikan gaji ASN, TNI, POLRI sebesar 8 persen. Penambahan jumlah kuota pupuk bersubsidi yang dapat mendukung produksi pertanian di NTB.
Adapun kuota pupuk subsidi 2024 sebesar 222.405 ton UREA, 190.653 NPK, 10 ton NPK Formula, dan 19.489 ton pupuk organik. Pergeseran masa tanam di tahun 2023 (dampak El Nino) turut menyebabkan pada pergeseran masa panen (produksi pertanian) di tahun 2024. Down side Stance wait and see investor selama tahun politik (Pemilu dan Pilkada) berpotensi menahan investasi swasta. Di sisi lain, belum terdapat rencana keberlanjutan konstruksi beberapa proyek besar. Level tarif angkutan udara yang masih relatif tinggi (dibandingkan kondisi sebelum pandemi) berpotensi menahan laju kunjungan wisatawan domestik.
Peningkatan HPP gabah dari Rp5.000 menjadi Rp6.000, serta peningkatan HET beras SPHP (jenis medium) dari Rp10.900 menjadi Rp12.500. Up side Risiko volatilitas harga komoditas global (emas) sejalan masih tingginya ketidakpastian global. Berlanjutnya kenaikan harga rokok kretek filter secara gradual seiring dengan kenaikan tarif cukai rokok sebesar 10 persen pada tahun 2024. Kondisi cuaca yang lebih baik dari tahun sebelumnya pasca El Nino mendukung normalisasi harga komoditas pangan strategis. Down side Tren penurunan harga minyak global pasca puncak tertingginya di pertengahan tahun 2022. Komoditas bensin secara ytd tercatat deflasi -1,25 persen. Penundaan rencana kenaikan tarif parkir Kota Mataram sampai batas waktu yang tidak ditentukan.(*)