Perkembangan Ekonomi Domestik Tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat

MATARAM – Pertumbuhan ekonomi Triwulan I – 2025 tumbuh 4,87 persen (yoy)..pertumbuhan ekonomi ditopang konsumsi rumah tangga (RT) yang tumbuh baik (4,89) persen – year of year – yoy) seiring peningkatan aktivitas perekonomian selama libur tahun baru dan Idulfitri.

Sejalan dengan itu, ekspor juga tumbuh tinggi (6,78 persen – yoy) ditopang permintaan mitra dagang utama dan ekspor jasa yang tumbuh positif seiring pertumbuhan wisman. Kedua, pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5persen (yoy).

Prospek dipengaruhi oleh dampak langsung kebijakan tarif AS yang berpotensi menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan dampak tidak langsung akibat penurunan permintaan ekspor dari mitra dagang lain.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (BI NTB) Barry Ariefsyah Harahap menyampaikannya sewaktu berbicara dalam Bincang- Bincang Media.dengan anggota Forum Wartawan Eklonomi NTB di RM Serasa di Ampenan, Rabu 7 Mei 2025 pagi.

Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank di Provinsi NTB pada triwulan I 2025 tercatat tumbuh 7,97 persen melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski demikian, pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek tercatat tetap tumbuh tinggi dan bahkan terakselerasi sebesar 12,47persen (yoy).

Berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan kredit terutama didorong oleh akselerasi pertumbuhan kredit investasi dan tetap baiknya kinerja kredit konsumsi. Pertumbuhan kredit (lokasi proyek) yang tinggi didukung oleh NPL yang masih terjaga di bawah ambang batas sebesar 1,63persen. Di sisi lain, pertumbuhan DPK hingga Maret 2025 tercatat tumbuh lebih lambat sebesar 1,34persen (yoy). Adapun perlambatan bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah dan DPK Korporasi yang terkontraksi. Sementara itu, DPK Rumah Tangga tercatat tumbuh tinggi (12,94 persen (oy) dan terakselerasi

Dari Perkembangan Ekonomi NTB pada Triwulan-I 2025 kembali mengalami kontraksi -1,47 persen (yoy) seiring berlanjutnya kontraksi ekspor paska berakhirnya relaksasi ekspor konsentrat, di tengah commissioning test smelter yang baru mencapai kapasitas produksi 48persen. Meski demikian, kontraksi lebih dalam tertahan oleh akselerasi kinerja konsumsi rumah tangga (RT) dan tetap baiknya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring momentum Ramadan dan pencairan THR menjelang Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN)
)Idulfitri.

Pertumbuhan ekonomi NTB 2024 tercatat 5,30 persen (yoy), lebih tinggi dari 2023 (1,80 persen yoy) ditopang oleh relaksasi ekspor konsentrat tembaga dan tetap terjaganya konsumsi RT. Sementara itu, pertumbuhan positif diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2025 meski diperkirakan melandai dan di bawah Nasional. Pertumbuhan positif terutama ditopang oleh akselerasi kinerja investasi dan tetap baiknya konsumsi RT. Meski demikian, volume penambangan yang lebih rendah (fase 8) akan menahan kenaikan pertumbuhan yang lebih tinggi. 3.Meski demikian, pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2024 pada rentang 6,1-6,9persen (yoy)

Mendatang, BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta mempererat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal. Prakiraan pertumbuhan yang tetap baik tersebut turut didukung oleh NPI yang tetap sehat, nilai tukar rupiah yang terkendali, dan komitmen BI untuk menjaga inflasi 2025 pada kisaran 2,5±1persen.

Pengumuman tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) memicu peningkatan ketidakpastian perekonomian global sebagaimana tercermin dari Volatility Index (VIX). Langkah retaliasi oleh Tiongkok dan kemungkinan dari sejumlah negara lain turut meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunnya volume perdagangan global.

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen dengan penurunan terbesar terjadi di AS dan Tiongkok.Perang tarif dan dampak negatifnya terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS mendorong peningkatan ekspektasi penurunan FFR. Sehingga turut mendorong penurunan yield US Treasury.

Mengutip hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50persen. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1persen, terjaganya nilai tukar Rupiah yang sesuai fundamental di tengah makin meningkatnya ketidakpastian global, serta untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi.

Adapun kebijakan makroprudensial terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, khususnya mendorong kredit/pembiayaan perbankan pada sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja yang sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat infrastruktur, industri sistem pembayaran, dan akseptasi pembayaran digital.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *