MATARAM – Perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2022. Utamanya didorong oleh perbaikan kinerja yang didorong oleh pembukaan kegiatan ekonomi yang lebih besar seiring dengan penurunan kasus COVID-19 dan penyelenggaraan event internasional.
Dari sisi pengeluaran, perekonomian NTB diperkirakan akan mengalami peningkatan terutama didorong oleh perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor luar negeri..
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Heru Saptaji sewaktu melakukan pemaparan pada kegiatan Capacity Building BI NTB – Forum Wartawan Ekonomi NTB. disela kegiatan mengunjungi pengusaha kerajinan dan kuliner di kota Yogyakarta, akhir pekan kemarin.
Katanya, pertumbuhan yang lebih tinggi relatif tertahan oleh perlambatan kinerja pembentukan modal tetap bruto (PMTB) seiring dengan telah selesainya pengerjaan sejumlah proyek strategis di tahun 2021 serta stance wait-and-see dari sebagian pelaku usaha. ‘’Di sisi lain, inflasi mulai mengalami penurunan meskipun masih relatif tinggi sehingga masih perlu terus dicermati. Inflasi inti 2022 tetap terjaga rendah sebesar 3,27% (yoy),’’ katanya,
Inflasi pangan 2022 juga lebih terkendali sebesar 5,93% (yoy) seiring dengan hasil sinergi dan koordinasi pengendalian inflasi melalui berbagai kegiatan tim pengendali inflasi daerah (TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Sementara itu, kenaikan inflasi AP juga tidak setinggi yang diprakirakan sebelumnya, menjadi 16,89% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, perekonomian NTB diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2022 terutama didorong oleh perbaikan kinerja konsumsi rumah (RT), konsumsi pemerintah, dan ekspor luar negeri.’’ Pertumbuhan yang lebih tinggi relatif tertahan oleh perlambatan kinerja PMTB seiring dengan telah selesainya pengerjaan sejumlah proyek strategis di tahun 2021 serta stance wait-and-see (saling menunggu) dari sebagian pelaku usaha.
Di sisi lain, inflasi mulai mengalami penurunan meskipun masih relatif tinggi sehingga masih perlu terus dicermati. Inflasi inti 2022 tetap terjaga rendah sebesar 3,27% (yoy), Inflasi pangan 2022 juga lebih terkendali sebesar 5,93% (yoy) seiring dengan hasil sinergi dan koordinasi pengendalian inflasi melalui berbagai kegiatan TPID dan GNPIP. Sementara itu, kenaikan inflasi AP juga tidak setinggi yang diprakirakan sebelumnya, menjadi 16,89% (yoy).
Tantangan inflasi antara lain disebabkan belum optimalnya penggunaan dana transfer umum (DTU) untuk subsidi transportasi bahan pangan. Juga belum adanya perumda/entitas yang bisa menjadi offtaker produk pertanian. ‘’Juga adanya curah hujan tinggi dapat mengganggu produktivitas komoditas pangan,’’ ujarnya.
Heru Saptaji menjelaskan resiliensi stabilitas sistem keuangan NTB tetap terjaga baik. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator per November 2022 yaitu DPK yang tumbuh 27,03% (yoy) dan kredit yang tumbuh 9,69% (yoy). NPL (1,67%) tercatat masih dalam batas aman, sementara untuk LAR (9,33%) juga masih menunjukkan tren yang melandai.
Penyaluran kredit di NTB didominasi oleh kredit modal kerja yang tercatat masih tumbuh 14,47% (yoy). Adapun nominal penyaluran kredit UMKM di NTB mencapai Rp19,38 Triliun atau 25,08% dari total keseluruhan kredit. Pada November 2022, KPwBI NTB mengalami net outflow sebesar Rp250,41 Miliar.
Untuk nominal transaksi RTGS tercatat tumbuh 44,98% (yoy) Realisasi belanja APBN dan Total APBD NTB masing-masing telah mencapai 89,94% dan 73,27% dari pagu belanja hingga November 2022. Sedangkan realisasi pendapatan APBN dan Total APBD NTB (APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota) masing-masing telah mencapai 95,27% dan 85,25% dari pagu pendapatan hingga November 2022
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi NTB berdasarkan data Agustus 2022 tercatat mulai mengalami perbaikan sejalan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, tercermin dari tren penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan dengan periode Agustus 2021. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB yang masih melanjutkan tren positif pada tahun 2022, kondisi kesejahteraan masyarakat NTB (ditunjukkan oleh tingkat kemiskinan) pada periode Maret 2022 membaik dibandingkan periode Maret 2021 dan periode September 2019 (pra pandemi).
Secara umum, NTP Provinsi NTB pada Oktober 2022 masih terjaga di atas level 100 dan turut berkontribusi pada perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga. Penguatan berbagai program pengentasan kemiskinan perlu terus dilakukan untuk mendukung peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB.
Perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut, berbagai indikator triwulan IV dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik. Di sisi lain, kuatnya dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global memberikan tekanan pelemahan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar Rupiah. Ekspektasi inflasi masih relative tinggi dan perlu terus dicermati.(*)