LINGSAR – Kemarin sore, Ahad 15 Desember 2024 di Lingsar Lombok Barat berlangsung tradisi Perang Topat dan Pujawali. Berlangsung di bawah hujan, kegiatan tersebut merupakan simbol keharmonisan dan kerukunan antara suku Sasak yang mayoritas beragama Islam dan etnis suku Bali yang beragama Hindu di pulau Lombok.
Tradisi Perang Topat, ini menjadi salah satu wujud keharmonisan antar umat beragama di Lombok. Ini adalah simbol keharmonisan dan kerukunan antara suku Sasak yang mayoritas beragama Islam dan suku Bali yang beragama Hindu di pulau Lombok.
Kegiatan ini dimulai dengan ritual Kemaliq di pura Lingsar, kemudian antara umat muslim dan Hindu melakukan tradisi saling lempar ketupat. “Tradisi saling lempar ketupat ini sebagai perwujudan toleransi dan pluralisme yang hidup terjaga ditengah-tengah masyarakat,’’ kata pejabat Bupati Lombok Barat Ilham.
Kemaliq adalah sebuah komplek bangunan yang terdapat masjid sekaligus mata air di dalamnya. Kemaliq Lingsar inilah tempat masyarakat suku Sasak yang menganut agama Islam beribadah. Komplek Kemaliq Lingsar ini juga menjadi simbol kerukunan, bahwa umat yang berbeda agama bisa hidup berdampingan dan tetap menjalankan tuntunan agamanya tanpa mempengaruhi satu sama lain.
Ia menyebutkan event perang topat dan pujawali ini merupakan event tahunan yang diselenggarakan di pura Lingsar. “Tradisi ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah sekaligus bagian dari upacara pujawali menggunakan sajian berupa ketupat,” kata Ilham.
Ilham menyampaikan event perang topat dan pujawali ini merupakan event tahunan yang diselenggarakan di pura Lingsar. “Tradisi ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah sekaligus bagian dari upacara pujawali menggunakan sajian berupa ketupat,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini dimulai dengan ritual Kemaliq di pura Lingsar, kemudian antara umat muslim dan Hindu melakukan tradisi saling lempar ketupat. Tradisi saling lempar ketupat ini sebagai perwujudan toleransi dan pluralisme yang hidup terjaga ditengah-tengah masyarakat.
Ilham mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya agar tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat sehingga kerukunan dan kedamaian terus berlanjut hingga anak cucu dimasa-masa yang akan dating.
Pj Gubernur NTB Hasanudin yang menyaksikan pertama kali di sana, mengatakan senang dan bahagia bisa hadir untuk pertama kalinya dengan suasana harmoni dalam keberagaman lingkungan yang baik. “Ini semua secara implementasi sudah kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya, pada puncak peringatan perang Topat dan Pujawali di Taman Pura Lingsar Lombok Barat, pada Ahad (15/12/24) sore.
Dikatakan Hasanudin yang kali pertama menyaksikan Perang Topat, hal ini tidak mudah karena ini merupakan titipan dari para pendahulu namun tanggungjawab moral harus terus dilanjutkan kepada generasi muda selanjutnya. “Mari kita senantiasa bergembira bersukaria karena ini juga bagian dari peringatan HUT NTB ke-66,” ucapnya.
Hassanudin mengatakan senang dan bahagia bisa hadir untuk pertama kalinya dengan suasana harmoni dalam keberagaman lingkungan yang baik. “Ini semua sudah kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya pada puncak peringatan perang Topat dan Pujawali di Taman Pura Lingsar Lombok Barat.
Disebutkan Hasanudin, hal ini tidak mudah karena ini merupakan titipan dari para pendahulu namun tanggungjawab moral harus terus dilanjutkan kepada generasi muda selanjutnya. ‘’Mari kita senantiasa bergembira bersukaria karena ini juga bagian dari peringatan HUT NTB ke-66,” ujarnya.(*)