MATARAM – Pemerintah Provinsi NTB siap membangun pabrik bata plastik pertama di Asia. Organisasi nirlaba Classroom of Hope telah menawarkan investor dan akan mulai membangun sekolah percontohan berbahan baku bata plastik tersebut di Lombok Barat.
Duncan Ward, salah seorang pendiri organisasi Classroom of Hope, ketika menjelaskan hal ini kepada Wakil Gubernur NTB di Ruang Kerjanya, Selasa (1/12/2020), bahwa pihaknya telah menyiapkan calon investor dengan nilai investasi sebesar satu juta euro untuk membangun pabrik bata berbahan baku plastik dari limbah.
Namun terlebih dahulu ia harus berkonsultasi mengenai jenis teknologi yang akan digunakan. Menurut Duncan, salah satu pilihan teknologi tersebut yakni antara Kolombia atau produk bata plastik Finlandia yang dikenal lebih fleksibel untuk aplikasi tidak hanya sebagai bahan bangunan.
Dikatakan Duncan, NTB dipilih setelah Jawa Barat karena potensi dan prioritas pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan seperti Zero Waste sangat mendukung dalam mengenalkan teknologi ini. Jika terwujud, pabrik bata plastik ini akan menjadi yang pertama di Asia.
Selain itu, selama tahap proses investasi pabrik, pihaknya juga akan mengenalkan teknologi bata plastik yang penggunaannya secara teknis mudah dan murah bergantung pada ketersediaan bahan baku plastik. Dengan demikian anggaran pembangunan dapat dihemat hingga 40 persen sekaligus menciptakan lapangan kerja baru jika nanti pabrik beroperasi.
“I believe this would be a new market and opportunity in business and environment”, kata Duncan.
Bekerjasama dengan Yayasan Pelita Lombok, untuk selanjutnya pihaknya akan membangun lima ruang kelas percontohan dengan menggunakan bahan baku bata plastik di SDN 1 Taman Sari, Gunung Sari, Lombok Barat.
Duncan mengatakan, bahan baku bata plastik ini sudah banyak dipergunakan di negara lain seperti Afrika Selatan dan Kolombia. Selain tahan hingga 5000 tahun, bahan baku bata plastik ini juga ramah lingkungan, tahan api dan sangat mudah dikerjakan. Oleh karena itu, teknologi bata plastik ini juga direkomendasikan oleh Unicef sebagai program bantuan sosial.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah, mengatakan, selain dapat mengurangi timbunan sampah khususnya plastik, produk bata plastik dari pabrik daur ulang ini bernilai investasi besar. Selain ditinjau manfaatnya dari aspek lingkungan, investasi ini nantinya juga diharapkan dapat membuka peluang bisnis yang dapat dikelola oleh BUMD. Oleh karena itu, pemerintah provinsi serius menyiapkan lahan sekaligus penyertaan modal bersama. ”Pemerintah akan menyediakan lahan dan membahas detail rencana penyertaan modal pemprov,” ujar Sitti Rohmi Djalillah.
Ia menilai, teknologi pengolahan sampah ini akan berperan besar dalam mengatasi persoalan sampah dan mendukung program Zero Waste, setelah sebelumnya inovasi energi dari sampah seperti dalam bentuk pellet dan teknologi pemanfaatan sampah lainnya telah lebih dulu ada.
Sementara itu, Satriawan Amri, CEO Pelita Foundation Lombok mengatakan, dipilihnya SDN 1 Taman Sari karena kebutuhan ruang kelas yang banyak. Dari 13 ruang kelas, lima kelas berbahan baku bata plastik akan mulai dibangun kelas sementara yang dibangun di Lombok Utara dan enam kelas percontohan menggunakan bata plastik ini diharapkan dapat menggantikan kelas sementara menjadi permanen.
”Khusus pembangunan ruang kelas permanen menggunakan bata plastik ini, Pelita Foundation bekerjasama dengan Classrom of Hope,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, jika nanti pabrik bata plastik terwujud, pihaknya tetap menerapkan konsep social enterprise yang sebagian keuntungan untuk mendanai kegiatan sosial.(*)