SUKARARA – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan warisan budaya daerahnya salah satu budaya yang masih dilestarikan ialah budaya menenun. Kain tenun menjadi salah satu kerajinan tradisional khas Pulau Lombok yang dulunya dipakai oleh kalangan bangsawan.
Namun seiring perkembangan zaman dan meningkatnya kesadaran akan pelestarian budaya, masyarakat Lombok mulai menggunakan kain tenun pada setiap kesempatan baik kesempatan formal maupun kesempatan non formal.
Meningkatnya kesadaran untuk menggunakan kain tenun tersebut menggugah PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL untuk menjalankan program CSR pemberdayaan masyarakat Kelompok Tenun Wanita Mina Tenun, Desa Sukarara.
Desa Sukarara adalah salah satu desa penenun yang cukup terkenal dikarenakan semua perempuan di desa tersebut harus bisa menenun, sehingga kain hasil tenenun mereka menjadi produk utama untuk mata pencaharian di desa tersebut. Oleh karena itu, harga kain tenun di Desa Sukarara lebih terjangkau dari desa lainnya.
Daya tarik yang bisa kita nikmati selain kita bisa turut mempraktekkan cara menenun, kita juga bisa mencoba memakai pakaian adat dari Suku Sasak. Daya tarik lainnya adalah kondisi Desa yang masih sangat asri dan lingkungan yang terjaga sebab selain menenun kain, kelompok mina tenun Desa Sukarara ini juga ikut mendukung dalam melestarikan lingkungan dengan menginisiasi kegiatan menenun plastik.
Plastik merupakan sampah yang paling banyak dijumpai terlebih pada sampah rumah tangga. Keresahan akan semakin bertambahnya volume sampah yang akan mengganggu pemandangan serta lingkungan memunculkan ide ketua kelompok mina tenun untuk membuat tenun dari plastik.
Kelompok mengawali proses tenun plastik ini dengan mengumpulkan kantong plastik dari rumah ke rumah dan juga mengambil dari bank sampah. Setelah dipersihkan, sampah plastik dipotong memanjang sekitar satu sentimeter secara manual lalu dirangkai menjadi pengganti benang. Untuk kain tenunan plastik satu meter persegi rata-rata dibutuhkan 30-35 sampah plastik.
Inovasi tenun plastik ini dikembangkan sejak akhir tahun 2022 dengan produk yang dihasilkan seperti dompet, sarung bantal dan taplak meja. Satu tenun plastik dapat diselesaikan selama dua hari. Adapun penghasilan yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok sekitar Rp240.000 dalam satu minggu.
Nantinya berbagai program pendampingan akan dijalankan untuk menjaga eksistensi dari produk tenun ini khususnya tenun plastik. Pelatihan motif dan pelatihan pemasaran hingga pengurusan izin usaha akan disupport oleh PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL.
Area Manager Comm., Rel. & CSR Pertamina Patra Niaga Region Jatimbalinus Ahad Rahedi mengucapkan selamat belajar kepada seluruh anggota kelompok mina tenun. ‘’Program tenun seperti ini memang sudah familiar kita temukan,’’ ujarnya.
Namun kegiatan menenun sampah plastik yang sejalan dengan mendukung kebijakan zero waste masih sangat minim ada. Sehingga, program ini akan menjadi program yang baru. Selain itu program ini nantinya akan menjadi program pelestarian lingkungan yang mampu memunculkan lapangan kerja baru sebagai bentuk komitmen Pertamina dalam meningkatan kualitas hidup masyarakat menuju komunitas yang mandiri guna mencapai pengembangan yang berkelanjutan.
Program ini juga sebagai wujud dukungan Pertamina untuk dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-8 yakni menyediakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Selain menerapkan SDGs, Pertamina turut berupaya menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) Management, terutama di bidang sosial. ESG merupakan langkah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya yang berfokus pada keberlanjutan bisnis secara jangka panjang.
Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Operation Head DPPU Bandara Internasional Lombok I Nyoman Ana mengatakan program kampung tenun wanita di desa sukarara ini hadir sebagai komitmen PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL dalam menjaga dan melestarikan budaya.
Perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi pola hidup dan konsumsi masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi budaya dan lingkungan. ‘’Hal tersebut mendorong kami untuk berupaya mewujudkan sebuah program yang terintegrasi baik dari segi budaya, lingkungan maupun ekonominya,’’ katanya.
Program ini didesain mendorong pengembangan Desa Sukarara yang memiliki ciri khas tersendiri. Mengolah bahan sampah plastik sebab plastik merupakan sampah rumah tangga terbanyak yang kita temukan. Sampah plastik tersebut kami kreasikan menjadi suatu keraji.(*)