by

Menikmati Desa Sapit di Lombok Timur

SAPIT SUELA – Desa Sapit berada di ketinggian 697 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kesejukan udaranya bisa mencapai 19 derajat Celsius. Berada di lintasan menuju Sembalun – lembah Rinjani, jaraknya sekitar 69 kilometer dari Kota Mataram atau dalam waktu tempuh dua jam perjalanan.

Sejak lama, wisatawan menjadikan desa tersebut sebagai titik menikmati terbitnya matahari. Keindahan mentari pagi biasanya dijadikan obyek wisata mengawali tahun baru, 1 Januari. Setelah menikmati pesta akhir tahun di Lombok, ada paket melihat matahari terbit awal tahun di Sapit.

Matahari terbit yang indah dan spektakuler muncul persis di ufuk kepala pulau Sumbawa dan sangat indah. ” Apalagi bulan Purnama yang langsung menyinari air laut mengkilat dan sangat terang terlihat di kejauhan,” kata Chef  Ronny Noor di Balelangga – Bed & Breakast – Sapit.

Dari desa Sapit ini, bisa mendatangi Bukit Pal Jepang di ketinggian 2.300 mdpl. Jaraknya sekitar 4,9 kilometer atau jangkauannya berjalan kaki sekitar 3,5 jam. Di sana ada camping ground seluas 2,5 hektar. Pengunjung bisa menikmati sunrise dan sunset di atas bukit tersebut. Dinamai Bukit Pal Jepang, karena di sana ada pal (tonggak batu penanda) peninggalan zaman pendudukan Jepang.

Sayangnya, beberapa waktu lalu pal tersebut dihancurkan karena salah persepsi sebagai penanda lokasi penyimpanan harta peninggalan Jepang. Padahal setelah dibongkar tidak ditemukan adanya harta peninggalan Jepang di sana.

Seorang anggota Polisi Hutan KPH Rinjani Timur di Sapit, Sabri, mengatakan di atas bukit pal Jepang tersebut misalnya melihat sunrise dan sunset. ”Kalau musim panas ramai. Seperti di negeri di atas awan karena awan yang menyelimuti lokasi,” ucap Sabri.

Di sekitar Sapit juga ada pemandian Lemor dan lainnya Kebun Raya Lemor di Desa Suela dan sumber air panas Sebau di Desa Sapit.  Lemor terletak di tiga kilometer sebelum Sapit.  Sedangkan sumber air panas Sebau yang terletak di dalam kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani berjarak sekitar tujuh kilometer harus menempuh perjalanan kaki dua kilometer dari pinggir jalan sekitar tujuh kilometer dari Sapit ke arah Sembalun. ”Mereka yang datang ke Sebau berkepentingan berobat penyakit kulitnya,” ucap Sabri. Air panas Sebau mengandung belerang.

Menurut Ronny Noor, Sapit ini salah satu jejak dan fakta yang harus dan tidak bisa dilupakan antara lain sebagai jejak Islam Wetu Telu yang sampai saat ini masih terjaga tradisi nya. Beberapa barang pusaka yang ada tersimpan di Museum Negeri NTB dan beberapa barang pusaka di waktu zaman penjajahan yang di bawa ke luar negeri ada berada di negeri kincir angin Belanda. Selain itu juga adanya jejak pertukaran pelajar antara Indonesia – Canada di desa Sapit.

Kini di desa Sapit tersebut terdapat delapan homestay. Mulai dari Hati Suci Homestay (1990), Balelangga (1996) milik Ronny Noor, Darma Kerti, Canvas Coffee, Andini, Pandi Radja, Langgar Pusaka dan Haro Local House.

Ronny Noor  kelahiran Banjarmasin, 53 tahun, yang alumni Pondok Modern Gontor di Ponorogo adalah salah seorang perintis penginapan di sana.  Semula, dalam setiap perjalanan pendakian ke  gunung Rinjani ia menyempatkan singgah di Sapit – sebagai salah satu desa tertua di Lombok. Setelah membeli tanah seluas 5000 meter persegi (m2) ia mendirikan Hati Suci Homestay. Berselang enam tahun kemudian, membuka lagi Balelangga di atas lahan 2.700 m2 berjarak sekitar 350 meter.(*)

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed