Madu Trigona di Desa Bengkaung

MATARAM – Rabu 25 Agustus 2021 malam. Di Kedai Jendela Laut yang berada di Dusun Pelolat Kecamatan Batu Layar – diantara Bukit Senggigi dan Bukit Pusuk – sekitar enam kilometer dari pantai Senggigi, ada sajian minuman segelas madu yang bercampur gula merah dan lemon.

Dari balkon terbuka di Jendela Laut yang berada di area lahan seluas 10 are tersebut, sambil memandang ke arah barat mulai dari arah selataan hingga ke utara tampak cahaya lampu perkotaan Mataram hingga Senggigi. Sajian minuman madu tersebut cukup menghangatkan tubuh.

Jendela Laut yang baru 16 Juni 2021 atau dua bulan dibuka sebagai kedaia pertama di dusun Pelolat untuk menikmati pemandangan alam setelah sebelumnya ada puluhan kedai lainnya di dusun lain di bawahnya, Dusun Bunian di desa yang sama Bengkaung yang berada di ketitnggian 550 meter di atas permukaan laut.

Di sini, tidak menjual minuman keras. Tapi untuk bisa menghangatkan tubuh selain minuman kopi Jendela Laut menyediakan menu minuman madu Trigona yang dihasilkan dari budi daya warga setempat. ”Madu Trigona ini dikenal memiliki kandungan antioksidan. Selama ini diketahui sebagai zat penangkal terhadap risiko terkena berbagai macam penyakit,” kata pemilik Jendela Laut Haji Arwani, Rabu 25 Agustus 2021 malam.

Tidak hanya menjual madu dalam bentuk sajian gelas yang harganya Rp 25 ribu. Jendela Laut juga menyediakan penjualan dalam kemasan botolan volume 500 mililiter seharga Rp 250 ribu.

Menurut pemenang Pemuda Pelopor bidang Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat 2021 Habiburrahman, 21 tahun, mahasiswa Semester VIII Program Studi Agroeko Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram asal Dusun Pelolat Desa Bengkaung, selama pandemi ini kebutuhan madu meningkat dari semula perbulan 15 liter menjadi 30 – 35 liter.

Namun, kini tidak sulit mendapatkan madu Trigona hasil budi daya warga di tujuh dusun se Desa Bengkaung. ”Hampir 70 persen warga di sini menghasilkan madu Trigona,” ujarnya. Ia sedang menghadapi seleksi Pemuda Pelopor tingkat nasional.

Saat ini, menurutnya, terdapat 10.000 koloni lebah madu Trigona. Ia sendiri memiliki 379 stup (kotak) budi daya di rumahnya. Sebanyak 150 kotak ditempatkan di sekitar rumahnya sendiri dan selebihnya ditangani oleh kawan – kawan di desanya. ”Agar mengurangi pengangguran,” ucapnya. Setiap kali panen periode tiga bulan bisa menghasilkan 25 liter madu Trigona senilai Rp 9 juta.

Madunya dikemas 100 ml Rp 40.ribu. 250 ml dijualnya Rp 95.000 dan 500 ml seharga Rp 190 ribu.

Menurut Habiburrahman, sewaktu ditemui di rumahnya, Ahad 22 Agustus 2021 pagi, kini di Bengkaung ada 11 kelompok masing-masing anggotanya 15 – 20 orang. Budi daya madu ini juga bisa menjadi atraksi wisata. Misalnya mengunjugi rumah Habiburrahman yang menyimpan stup – stup lebahnya. Ada yang digantung di bawah atap rumah, atau disamping dinding temboknya.

Sebelumnya, Habiburrahman juga berguru kepada pamannya, Imam Azkar, Ketua Perkumpulan Perlebahan Lombok Raya Daerah Lombok Barat yang bernaung di dalam kelompok An Nahl yang anggotanyaa 30 orang: ”Dulu kalau bukan madu hutan dikatakan bukan madu,” ucap Imam Azkar. Budi daya madu ini tergantung vegetasi di alam sekitarnya diantaranya seperti bunga Asem, Kelapa dan Aren atau Enau, Blimbing dan Kersen atau di Lombok disebut Singapur.

Madu Trigona ini rasanya khas yaitu dominan kecut. Karena kecut tidak disukai mengingat belum paham khasiatnya. Beda dengan madu hutan ini manis. Kini ia bisa menjualnya ke berbagai daerah hingga Tebet Jakarta. Ia juga menerima kunjungan studi budi daya madu dari daerah lain.

Selama tiga hari, 25 – 27 Agustus 2021, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menyelenggarakan pelatihan perlebahan dalam rangka menjadi Kabupaten Lombok Barat sebagai pusat madu di pulau Lombok. Habiburrahman menjadi salah satu nara sumber melatih cara proses panen madu Yang benar. Sebab, selama ini petani melakukan pemerasan. Seharusnya ditiris.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Akhkam mengatakan sangat mendorong usaha ekonomi masyarakat, terutama yang berbasis mikro. ”Kami berkolaborasi saling mendukung, Terutama dari aspek pariwisata agar usaha ekonomi semacam ini didorong menjadi ekonomi kreatif yang akan memperkuat sebuah destinasi wisata,” ujarnya. Tidak hanya menjadi produk ekraf, namun prosesnya bisa menjadi eko dan eduwisata.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *