GIRI MENANG – Selama dua hari, 10 – 11 Juni 2021, 17 pengelola desa wisata se Nusa Tenggara Barat (NTB) memperoleh pendampingan yang disiapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Mereka melakukan Rapat Koordinator Teknis Pendampingan Desa Wisata di Avenzel Hotel and Convention Cibubur.
17 desa wisata se NTB tersebut bagian dari 67 desa se Indonesia yang didampingi oleh asosiasi dan komunitas pelaku pariwisata untuk mengembangkan dirinya. Selalin itu, juga terdapat 20 desa wisata lainnhya yang didampingi oleh perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Barat ada empat desa yang mendapatkan kesempatan pendamapingan. Mulai dari Desa Sesaot yang dikenal sebagai desa potensi wisata alam yang dijadikan pusat rekreasi masyarakat, Desa Sekotong Tengah yang mermiliki taman wisata Mangrove. Desa Mekarsari yang berbatasan dengan Kota Mataram memiliki potensi agrowisata dan menawarkan program Tri Sunah yaitu memanah, renang dan berkuda. Sedangkan Desa Banyumulek adalah desa yang dikenal sejak bangkitnya pariwisata di NTB karena merupakan sentra kerajinan gerabah yang disukai wisatawan.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Saepul Akhkam, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mencarikan sumber pembiayaan untuk penataan dan pengembangan destinasi, pengembangan amenitas pendukung, pengayaan atraksi, dan pendampingan kegiatan ekonomi kreatif. ”Desa wisata dibantu menggagas blue print kepariwisataan desa,” katanya, Jum’at 11 Juni 2021 sore.
Selain fokus untuk penataan dan pengembangan destinasi, Dinas Pariwisata Lombok Barat juga. mendorong pemerintah desa untuk pengembangan amenitas pendukung seperti penciptaan iklim dan ekosistem budaya, pengayaan atraksi, dan pendampingan kegiatan ekonomi kreatif.
Saepul Akhkam mengutip Plt. Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf Adelia Raung menyampaikan pentingnya rakor tersebut untuk penyamaan persepsi antara kementerian dengan asosiasi dan komunitas serta perguruan tinggi. “Kegiatan rakornis ini ditujukan untuk kesesuaian antara visi dan misi kementerian dengan asosiasi dan konunitas dalam mengembangkan desa wisata,” ujar Adelia Raung.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari ini diisi dengan paparan rencana aksi dari berbagai asosiasi dan komunitas pelaku pariwisata. Demikian pula halnya dengan perguruan tinggi di mana untuk NTB akan dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram.
Dalam kesempatan berbeda, Sadewa dari Panorama Foundation mengingatkan agar seluruh pendamping tidak hanya mendampingi desa untuk mengembangkan potensi dirinya saja. Pendamping harus juga memperhatikan potensi pasar, tidak hanya potensi alam dan budaya. ”Pendamping pun harus peka terhadap berbagai isu atau masalah kelembagaan yang ada di desa wisata,” ucap Sadewa selaku salah satu narasumber.(*)