by

Gubernur NTB Wisata Hiu di Perairan Teluk Saleh

LABUAN JAMBU SUMBAWA – Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah dan istrinya, Niken Saptarini Widyawati selama dua jam sedari pukul 6 – 8 pagi, Kamis 22 Juni 2023, bercengkerama dengan hiu paus yang jinak di lokasi Moti Toi perairan Teluk Saleh – sekitar dua jam perjalanan dari Desa Labuan Jambu Kecamatan Tarano – desa terdekat di sana.

Menurut pemandu wisatanya, Muhaidin, yang kesehariannya Kepala Seksi Pemerintahan (sebelumnya Sekretaris Desa) Kantor Desa Labuan Jambu.  pagi tadi, Zulkieflimansyah dan NIken Saptarini Widyawati bertemu empat ekor ikan paus hiu yang berukuran sekitar sembilan meter.  Karena jinak, tidak ada kekawatiran berada di dekatnya. ‘’Saking asyiknya pak Gubernur beberapa kali memanggil bu Niken agar naik ke perahu,’’ kata Muhaidin.

Ia mengatakan Zulkieflimansyah dan Niken sangat senang karena mungkin pertama kali melihat hiu paus secara langsung. Tampak istri Gubernur NTB itu tetap betah berenang dengan hiu paus sampai waktu harus balik ke hotel. Tetapi sebelumnya, Muhaidin mengatakan bahwa ikan hiunya tidak boleh disentuh.

Menurut Muhaidin,  spot wisata hiu ini menjadi ramai sejak meredanya Covid-19, rata-rata dikunjungi 3.000 wisatawan asing sebulannya. Mereka ada yang datang langsung dari Lombok mengunakan kapal pinisi kapasitas muatan 35 orang atau 15 orang atau yang datang menggunakan perahu nelayan kapasitas 10 orang dari Labuan Jambu.

Ia mengatakan biaya wisata hiu paus ini ditetapkan sebesar Rp 3 juta untuk satu rombongan. Dan perputaran uang di kalangan masyarakat sebulannya mencapai Rp 400 juta.  Seperti yang dicantumkan dalam penawaran wisatanya, garansinya, 80 persen bisa bertemu hiu pausnya.  Sebab cerita dari pengunjung, pernah ke Teluk Cendrawasih atau Kaimana dan Gorontalo tidak selalu bisa bertemu hiu pausnya.  ‘’Munculnya ikan hiu paus ini saat nelayan mengangkat jaring ikan waktunya mencari makan plankton,’’ kata Muhaidin,  Di Teluk Saleh, kemunculan hiu paus tanpa amusim. Hanya pada musim barat Desember-Januari –Pebruari.

Ada banyak lokasi hiu paus yang sering muncul di sana. Kadang kala hingga 20 ekor di satu lokasi. Antara lain Moti Toi – Moti Toi berasal dari bahasa Bima yang arinya laut kecil yang lokasinya paling timur dari yang lain. Lainnnya adalah, Pasi’ Hoddo, Pasi’ Lanjaha, Pasi’ Tinumbu, Pasi’ Kerapu, Pasi’ Gurita, Slopa dan Pulau dua. Pasi’ itu berasal dari bahasa Bugis yang artinya takat atau karang. ‘’Setiap hari paling tidak muncul tiga titik,’’ ucapnya.

Malam sebelumnya, Zulkieflimansyah sewaktu bertatap muka dengan warga Desa Labuan Jambu menginginkan dikembangkannya wisata ini dengan ketersediaan penginapan. Sebab, saat ini hotel yang representative ada di kota Sumbawa Besar yang berjarak sekitar dua jam perjalanan.

Atraksi melihat hiu paus ini merupakan peluang menarik kunjungan wisatawan.Tidak mungkin mengandalkan pemandangan indah saja karena di negerinya juga banyak yang indah. ‘’Perlu sensasi berenangnya di laut. Mereka kan juga harus bangun dari tidurnya pukul dua pagi,’’ ujar Zulkieflimansyah.

Pertengahan Mei 2022 lalu, Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Konservasi Indonesia perkuat pengelolaan ekowisata Hiu Paus. Hiu paus merupakan satwa karismatik laut yang saat ini statusnya dilindungi di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013.

Kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa ini ditujukan bagi pengembangan dan penguatan ekowisata satwa karismatik laut, seperti hiu paus, sebagai model ekonomi biru bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Sumbawa, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi, serta meningkatkan peran konservasi dan ekowisata satwa karismatik laut dalam pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Sumbawa.

Konservasi Indonesia memberikan alat penanda satelit yang nantinya akan dipasangkan hiu paus ini sehingga pergerakannya dapat dipantau. Informasi pergerakan hiu paus ini sangat berharga dalam mendukung upaya pelestariannya, karena pergerakan hiu paus di Teluk Saleh juga belum sepenuhnya terungkap.

Hiu paus merupakan spesies yang melakukan pergerakan jarak jauh dan habitatnya tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia, namun hanya di beberapa lokasi yang terdokumentasikan agregasinya dalam jumlah besar, salah satunya di Teluk Saleh yang terletak di antara Kabupaten Sumbawa dan Dompu.

Populasi hiu paus di wilayah ini telah terdokumentasikan setidaknya 99 individu, menjadikan Teluk Saleh merupakan lokasi dengan populasi hiu paus kedua terbesar di Indonesia. UNESCO juga mencatat keberadaan hiu paus di lokasi ini dan menjadikan Teluk Saleh sebagai bagian dari cagar biosfer SAMOTA (Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora) pada 2019.

Saat ini hiu paus berstatus terancam punah (endengered) secara global berdasarkan penilaian International Union for Conservation of Nature (IUCN) akibat penangkapan ikan – baik penangkapan yang ditargetkan maupun tangkapan sampingan, penurunan kualitas hidup karena habitatnya tercemar oleh polusi (termasuk sampah), maupun kematian hiu paus karena tertabrak kapal. Selain itu, hiu paus juga memiliki karakteristik reproduksi biologi yang lambat seperti kematangan seksual dan jumlah anakan yang dihasilkan cenderung sedikit, sehingga tekanan yang bersifat ekstraktif (seperti penangkapan) akan mendorong penurunan populasi hiu paus secara signifikan.

Ekowisata dianggap sebagai cara pemanfaatan yang berkelanjutan karena memiliki dampak yang minim terhadap individu dan populasi hiu paus di suatu wilayah, yang juga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pembangunan daerah termasuk mendukung upaya perlindungan dan pelestariannya. Industri pariwisata berbasis melihat hiu paus kini telah berkembang di beberapa negara dunia, antara lain Australia, Belize, Kuba, Djibouti, Ekuador, Honduras, Maladewa, Meksiko, Mozambik, Oman, Panama, Filipina, St Helena, Arab Saudi , Seychelles, Tanzania, Thailand, dan Indonesia.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed