by

Festival Ngejot di Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur

LOMBOK TIMUR – Sehari menjelang Lebaran Idul fitri 1443 H, Ahad 1 Mei 2022 sore selepas Asyar di lapangan Raden Wirangbaya di Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur berkumpul 1.250 duta seserahan masing-masing menjunjung di atas kepalanya Sampak/Dulang (bahasa Sasak: nampan) yang berisi makanan.

Isinya ada  Kanduk Jangan Klor (lauk daging sapi di masak santan) khas Lenek, Ayam Pelalah Ayam Pelalah Telur Opor, Ayam Kelak Bagik (sayur asam), dan Sate Pusut ( yang terbuat dari kelapa). Juga ada buah-buahan.

Mereka yang membawa dulang tersebut datang dari Lenek Pesiraman, Lenek Induk, Lenek Kali Bambang dan Lenek Daya berkumpul di lapangan Raden Wirangbaya Lenek Pesiraman.  Mimbar setinggi 60 sentimeter berukuran panjang Sembilan meter dan lebar juga Sembilan meter berkumpul para dane-dane (tetua adat), hadir Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah dan Wakil Bupati Lombok Timur Rumaksi

Diawali dengan pepaosan yang merupakan tradisi pembacaan daun lontar yang bertuliskan huruf jawa kuno dan memiliki arti. Biasanya tulisan tersebut berisi tentang riwayat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau yang dibacakan beberapa orang, di antaranya pemaos (penembang) kemudian penerjemah dan pendukung.

Menurut anggota Kelompok Sadar Wisata Baloq Dasa Mulyadi, Ngejot salah satu sarana untuk meningkatkan tali silaturahmi antar keluarga dan saudara..Karena biasa pas semua keluarga melaksanakan kunjungan ngejot ke orang tuanya biasanya semua keluarga berkumpul secara bersamaan. ‘’Atas dasar itu pemuda dan tokoh masyarakat membuatnya menjadi festival untuk mempertahankan tradisi budaya Paer Lenek,’’ ucap Mulyadi yang juga Kepala Seksi Kesra di Desa Lenek Pesiraman.

Mereka siap membawa dulang-dulang tersebut kepada para orang tuanya sebagai persiapan menyambut lebaran Idul Fitri keesokan harinya. Ini adalah tradisi Ngejot yang berlangsung di Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur. ‘’Ngejot ini tradisi kunjungan menjelang lebaran Idul Fitri. Orang tua yang didatangi anak-anaknya supaya cerah ceria menyambut lebaran Idul Fitri,’’ kata Ketua Panitia Festival Ngejot ke-6 M Tahir Royaldi, Selasa 3 Mei 2022 pagi. Sebelumnya dua kali nihil kegiatan sewaktu pandemic Covid-19.

Arti Ngejot dalam bahasa Sasak diartikan Bejango (bahasa Sasak) atau sebagai kunjungan atau dalam bahasa Arabnya adalah silaturahmi. Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah menilai tradisi silaturahmi ini baik. ‘’Yang muda silaturahmi datang kepada yang tua. Adik kepada kakaknya,’’ katanya.

Menurut Tahir Royaldi, warga Lenek dua kali mengunjungi orang tuanya di saat lebaran Idul Fitri. Yaitu H-1 untuk meminta maaf jika berada di luar daerah. Kemudian keesokan harrinya saat Hari H kembali datang.  Dalam bahasa daerah, mereka memohon maaf. ‘’Bukan sekedar membawa badan dan dulang. Nunas maaf mohon ampun atas segala dosa kami tidak bisa menyenangkan karena kami jauh. Terimalah sungkeman kami,’’ ujar Tahir Royaldi.

Dulang bawaannya tersebut, dikatakan agar besok sewaktu menerima kedatangan tamu, para orang tua di sana supaya tidak susah menermui tamu yang datang berkunjung silaturahum. ‘’Ini kami bawakan dulang masakan dari cucu. Supaya tidak bersedih,’’ ucapnya.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed