by

Di desa Sintung Lombok Tengah, Konsep Wisata Bapak Memancing Ibu Memasak dan Anak Bermain

SINTUNG LOMBOK TENGAH – Di Desa Sintung, bapak bisa pergi memancing. ibu melakukan masak memasak dan anak-anak bermain. Inilah obyek wisata yang ramai dikunjungi sekitar 1.700 orang sewaktu Lebaran Topat (ketupat) tiga pekan lalu di Kabupaten Lombok Tengah. Ini konsep wisata yang dihadirkan warga setempat.

Meskipun wisata alam di desa tersebut sudah lama dikenal, namun obyek wisata yang semula luasnya hanya 10 are baru ini yang didanai bersama Kementerian Pariwisata sebesar Rp 4,9 miliar dan pemerintahan desa setempat Rp 300 juta bisa disebut baru dioperasikan keberadaannya.

Berjarak sekitar 10 kilometer dari kota Praya Lombok Tengah atau 18 kilometer dari kota Mataram, Sintung Park dan Alun-Alun Sintung yang terpisah berjarak sekitar satu kilometer ini memiliki potensi alam yang menarik. ‘’Di sini ada menara pandang setinggi Sembilan meter bisa meliha Gunung Rinjani di tumor laut atau laut di selatan dan kota Mataram di barat,’’ kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Bina Masyarakat Mandiri Saridin, 46 tahun, Sabtu 20 Mei 2023 siang.

Menara pandang tersebut sekaligus untuk berfoto selfi. Kemudian ia merinci adanya ruang peninggalan sejarah alat perang diantaranya berupa Bebadong (Sasak : artinya sabuk untuk kekebalan tubuh). Waktu itu Sintung adalah daerah pertahanan pada zaman kerajaan dahulu kala.

Di Sintung Park pun selain ada kolam renang yang airnya berasal dari sumur bor hingga kedalaman  35 meter,  terdapat pemandangan alam sawah terasering dan di bawahnya terdapat sungai Tibu Gaong yang didalamnya terdapat bebatuan. Juga akan ada area arung jeram di Sungai Babak Lekong Siwak ke sungai Gebong sepanjang lebih lima kilometer.

Masuk ke lokasi ini tanpa dipungut bayaran kecuali uang parkir kendaraan Rp 2 ribu per unitnya, tidak heran kalau setiap sore dikunjungi 100an orang dan jika hari libur lebih banyak lagi.

Kepala Desa Sintung Herman, 47 tahun, mengatakan kehadiran Sintung Park ini dihajatkan untuk mendatangkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. ‘’Kami ingin membuka diri dikunjungi dan menghasilkan pendapatan asli desa,’’ ujarnya, Sabtu 20 Mei 2023 sore.

Di atas tanah pecatu yang berjarak satu kilometer dari kantor desa tersebut, estimasinya jika sudah berjala normal bisa mendapatkan pemasukan Rp 2 -5 juta sehari. ‘’Nantinya pendapatan tersebut bisa disalurkan untuk musala, masjid, panti jompo,’’ ucapnya.

Sedangkan di Alun-Alun Desa yang berada di depan kantor desa, lokasinya terpisah satu kilometer dari  memanfaatkan lahan seluas 40 are selain arena bermain anak-anak juga ada 14 lokal yang sebagian kuliner terbuka dan tertutup untuk keperluan ibu-ibu memasak. ‘’Lokalnya semacam angkringan. Ibu –ibu bisa membawa kompor sendiri,’’ kata Herman.

Mengenai kuliner, ada menu lokal yang tersedia berupa serbuk (urap), rujak terasi, plecing kangkung dan ayam atau maupun Betutu.

Di panggung yang tersedia di sini juga disiapkan pentas kesenian tradisional dari 11dusun yang diantaranya berupa Gendang Beliq (gendang besar yang zaman dahulu untuk menyambut prajurit pulang berlaga), drama rudat dan Cupak Grantang juga hadrah.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed