by

Desa Wisata Kampung Flory di Yogyakarta  

YOGYAKARTA – Semula para pemuda di Dusun Plaosan Jugan Telogo Adi Mlati SlemanYogyakarta, tidak banyak kegiataannya. Ketua Kampung Flory Sudi Hartono menyebut mereka berada dalam kehidupan negatif (maling, madon, maen, mabuk, madat (Molimo).

Sejak 2015, para pemuda bangkit dari kehidupan Molimo. Berada di kawasan seluas kurang lebih 3,5 hektar, mereka membuka kawasan yang memiliki sungai Bedog dan sungai Gayan. Walaupun berada di daerah dataran rendah, bisa menanam dan menghijaukan lokasi tersebut dengan berbagai tanaman buah seperti pohon Kolang Kaling, Salak, dan lainnya sehingga lingkungannya menjadi teduh.

Ketua Kampung Flory Sudi Hartono menceritakan kegiatannya setelah sebelumnya aktif menanam hingga 150 ribu batang pohon di kawasan Merapi setelah terkena erupsi. Di Dusun Plaosan, mereka menggiatkan usaha bersama Kelompok Taruna Tani salah satunya membangun jembatan kayu di atas sungai sebagai bagian daru rute outbond. ‘’Semula kawasan ini angker. Yang berani masuk hanya warga yang merawat tanaman kebunnya,’’ kata Sudi Hartono yang sehari-hari dipanggil Sudi, sewaktu bertemu anggota Forum Wartawan Ekonomi bersama Kepala Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (NTB) Heru Saptaji, Kamis 5 Januari 2023.sore.

Saat ini BI NTB berkepentingan menangani pertumbuhan ekonomi di NTB dalam kaitan menumbuhkan berbagai usaha UMKM termasuk pariwisata. Yogyakarta dinilai berhasil mengelola kegiatan ekonomi antara lain usaha kuliner dan produksi berbagai komoditas mulai dari kopi sampai kerajinan tangan yang diekspor ke Amerika Serikat.

Sudi mengatakan kelompok Tani Makmur yang beranggotakan 20 orang setempat urunan masing-masing Rp 2 juta. Bahkan, Sudi mengeluarkan uangnya Rp 500an juta terlebih dahulu termasuk menyewa lahan milik desa. Ada yang menjual kambing dan pinjaman dari para orang tuanya masing-masing.

Juga ada pengusaha rumah memberikan sumbangan 100 pohon jika setiap satu unit apartementnya laku. Kampung Flory juga menyediakan makanan tradisional yang dijuluki sebagai Bali Ndeso yang artinya kembali ke desa.  ‘’Di sini, tanaman hias yang diminati oleh warga selama pandemic C-19,’’ ucapnya.

Kenyataan yang ada sebatang tanaman hias yang semula hanya puluhan ribu rupiah karena langka dijual bisa melambung harganya Rp 500 ribu bahkan ada yang mencapai Rp 2 juta.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed