by

Desa Tete Batu Ikut Lomba Best Tourism Villages

MATARAM – Desa wisata Tete Batu di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih sebagai satu dari tiga desa di Indonesia sebagai salah satu kandidat 3 desa wisata untuk ikut serta dalam program UNWTO Best Tourism Villages.

Penetapan tersebut berdasarkan surat Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Vinsensius Jemadu tertamgga 19 Agustus 2021 yang menyebutkan Tete Batu kandidat desa wisata dalam rangka Best Tourism Villages oleh United Nation World Tourism Organization  (UNWTO).

Menurut Vinsesius Jemadu dalam suratnya kepada pengelola desa wisata Tete Batu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong upaya rekognisi terhadap desa wisata yang berkomitmen pada promosi dan perlindungan warisan budaya dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam kerangka tersebut, World Tourism Organisation (UNWTO) menyelenggarakan inisiatif program UNWTO Best Tourism Villages untuk mengakui keunikan desa wisata yang menunjukkan inisiatif terbaiknya Desa Tete Batu Lombok Timur terpilih mewakili Indonesia melakukan transformasi pariwisata sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Indonesia melalui Kemenparekraf sebagai negara anggota UNWTO dapat menyampaikan aplikasi maksimal tiga desa wisata untuk dinilai berdasarkan sembilan area evaluasi yang ditetapkan.

Pemerhati Pariwisata Indonesia Taufan Rahmadi asal Mataram  mengatakan terpilihnya Desa Tetebatu merupakan prestasi yang membanggakan pariwisata NTB ditengah krisis pandemi untuk mewakili indonesia di kancah dunia.

Katanya, UNWTO ini organisasi PBB bidang Pariwisata Dunia. ”Masuknya Tetebatu Lombok Timur akan memberikan dampak branding dan eksposure yang kuat dan luas tentang pariwisata NTB secara nasional dan internasional,” ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Yusron Hadi mengatakan Tete Batu terpilih sebagai salah satu dari tiga desa di Indonesia. Dua lainnya berasal dari DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.  ”Saat ini ada enam spot daya tarik Tete Batu,” kata Yusron Hadi. Yaitu heritage, budaya, wafer fall, camping ground, ecogreen, dan track downhill sepeda.

Pemilik Brigadoon Lombok B & B di Desa Tete Batu Rahayu Lestari Ferguson selaku pelaku pariwisata ini mendukung pengembangan pariwisata Desa Wisata Tetebatu dengan basis wisata desa yang mana akan melibatkan seluruh masyarakat desa dalam segala aspek menilik pada sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dimana peningkatannya akan berdampak pada kenaikan nilai ekonomi desa juga. ”Saya akan membantu sebisanya untuk pengembangan pariwisata desa Tetebatu dimana master plan harus disiapkan,” katanya.

Ada 9 kriteria dalam lomba tersebut dan aset Tetebatu mencakup semuanya. Tinggal bagaimana bergerak bersamanya sekarang dari semua element harus mendukung dan kebijakan inti pada kepala desa.

Tete Batu adalah desa wisata sejak zaman Belanda dahulu kala. Lokasinya di bawah gunung Rinjani. Berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, jika musim hujan, suhu udaranya siang hari 29 derajat dan malam hari 23 derajat. Waktu tempuhnya dari kota Mataram sekitar 90 menit berkendaraan roda empat.

Sejak zaman Belanda lah desa Tete Batu ini dikenal sebagai tempat beristirahat yang sejuk dan tenang. Seorang dokter pertama ahli malaria, lepra, kusta yang bertugas di Kabupaten Lombok Timur, almarhum dr.Raden Soedjono, sekitar 1925 – 1930 menjadikannya sebagai tempat beristirahat di akhir pekan. Ya mereka yang memilih berlibur di Tete Batu mencari ketenangan dan kesejukan.

Setelah meninggal, 1944, Wisma Sudjono ditempati oleh istrinya, Raden Ayu Rumite. ”Almarhum mertua saya adalah pionir Tete Batu menjadi tempat peristirahatan,” kata Surdini Soeweno, menantunya yang sekarang ini mengelola Wisma Sudjono.

Menurut Surdini Soeweno, tanpa kehadiran mertuanya, tidak akan ada pariwisata seperti sekarang ini. ”Jangan melupakan sejarah,” ucapnya, Sabtu 21 Agustus 2021 siang.

Kini, Tete Batu sudah sedemikian populernya sebagai salah satu desa wisata di lembah Rinjani. Penginapan, tidak hanya Wisma Sudjono saja. ada puluhan yang dibangun oleh warga yang lain. ”Anak didik telah membangun homestay sendiri,” ujar salah seorang cucunya Raden Rahadian Sudjono. (*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed