by

Desa Berbasis Wisata Mas – Mas di Batukliang Utara

BATUKLiANG UTARA – Desa Mas – Mas terletak di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah.  Sejak 2009 sebelum dikenalnya desa wisata, Sebelum pandemi Covid-19, Mas – Mas sudah sering dikunjungi para pelancong mancanegara. Mereka berasal dari Eropah antara lain wisatawana asal Jerman, Perancis,  Swedia, Belgia, Austria yang dibawa oleh para pemandu wisata untuk menikmati alam pedesaan dan budaya masyarakat di sana.

Semula, Village Based Tourism atau (VBT) yaitu wisata berbasis desa diperkenalkan tahun 2009 oleh Habiburrahman Yusuf Akbar, 49 tahun, kini Kepala Desa Mas Mas sejak 2019. ‘’Kami perkenalkan alam, budaya dan kuliner kepada turis yang datang,’’ kata Habib panggilan sehari-harinya.

Habib sendiri adalah santri tamatan Mahad Darul Qur’an Wal Hadist  (1995) dan Sarjanaa Pendidikan Agama Islam (2007).

Biasanya turis asing yang datang diajak berkunjung ke sawah untuk melihat cara menanam atau memanen padi, cara memasak dan atau makan menu lokal di rumah penduduk.

VBT adalah sebuah program wisata berbasis desa, dengan menunjukkan ke para wisatawan, pemandangan keindahan alam antara lain view gunung Rinjani, persawahan, dam, gaya hidup masyarakat desa, kelompok masyarakat penganyam ketak, pembuat kerupuk bonggol pisang, anak sekolah, kebudayaan dan lainnya.

Begitu turis datang, mereka disambut oleh para pemandu lokal di Sekretariat VBT untuk melakukan registrasi dengan cara membayar harga paket sejumlah Rp. 150 ribu, kemudian diberikan penjelasan soal aturan-aturan yang harus diikuti dan destinasi-destinasi yang akan dituju, sekaligus kegiatan yang akan diikuti di setiap destinasi tersebut, baru kemudian tamu tersebut akan dipasangkan sarung yang sudah disediakan untuk menjadi penanda bahwa mereka adalah tamu resmi desa sekaligus untuk menghormati budaya lokal.

Kemudian turis dibawa ke sekolah terdekat, dengan maksud untuk memberikan gambaran kepada mereka tentang situasi pendidikan di pedesaan dengan segala keterbatasannya, sementara disisi lain diharapkan akan mampu memberikan motivasi tersendiri buat peserta didik untuk lebih giat belajar khususnya bahasa inggris dan skill lainnya. ‘’Jadi disitu para tamu diberikan kebebesan berinteraksi dengan para peserta didik, ‘’ ujar Habib.

Interaksi dilakukan baik di dalam kelas ketika mereka sedang belajar (tema akan disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari) maupun diluar kelas ketika mereka sedang keluar main.

Berikutnya mereka di bawa ke kantor desa, melewati lorong sayur dimana sepanjang lorong dan di setiap pekarangan rumah yang dilewati ditanami sayur baik sayur merambat maupun tidak sambil dijelaskan jenis jenis sayur yang ditemukan baik cara budi daya, kandungan vitaminnya juga fungsinya. Agar dapat memberikan gambaran tentang mekanisme pemerintahan di sana.

Ketika mereka diajak ke persawahan untuk melihat aktifitas para petani sekaligus berinteraksi dengan mereka, dengan maksud untuk memperlihatkan kepada mereka cara-cara petani di pedesaan mengolah lahan pertanian mereka sekaligus jenis-jenis varietas yang ditanam oleh petani dengan harapan juga para tamu tersebut memiliki keahlian di salah satu bidang yang diperlihatkan untuk kemudian dishare dengan petani dalam kerangka meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil petanian masyarakat pedesaan.

Setelah itu mereka diajak ke salah satu dusun di ujung persawahan tersebut yang namanya dusun Antakantak, dimana hampir 99,9 perempuan di dusun ini mempunyai pekerjaan sambilan disamping kegiatan pokok sebagai petani, buruh tani, atau pedagang yaitu menganyam ketak, sebuah anyaman yang terbuat dari sejenis rumput yang dibentuk dengan berbagai bentuk dan kegunaan, untuk alas (lepekan) piring atau gelas yang berbentuk oval, bundar dan segi empat panjang, tas, nampan tempat buah.

Juga mereka diajak naik cidomo dari dusun Antakantak menuju rumah warga Punikasih, tempat pembuatan kerupuk bonggol pisang. Di sini dapat melihat proses pembuatan kerupuk bonggol pisang atau minimal dapat penjelasan dengan gambar sambil menikmati kegurihannya yang disuguhkan oleh kelompok pembuat kerupuk dibarengi dengan segarnya minuman sirup lobe-lobe atau sirup pala atau kopi hitam asli desa Masmas.

Dari dusun Punikasih masih dengan menggunakan cidomo atau kadang jalan kaki menuju rumah salah seorang warga yang mendapat giliran untuk menyediakan makan siang dengan menu khas desa Masmas yaitu nasi putih dengan lauk peluk atau jejeruk (pakis, kancang panjang, jantung pisang dan kecambah di kasi bumbu santan putih campur kemiri), ikan atau ayam, atau telur bagi yang vegetarian dan tahu atau tempe ditambah sambal khas desa Masmas. Dan inilah akhir dari paket yang ditawarkan.

Bila ada yang berminat menginap, mereka disiapkan rumah-rumah warga sebagai tempat penginapan mereka karena di sini tidak ada hotel dan tidak akan pernah dibangun hotel demi konservasi lingkungan dan menjaga keorisinilan desa.

Menurut Habib, sebagai catatan bahwa sejak kegiatan ini di launching sepuluh tahun lalu, sudah banyak sekali dikunjungi oleh tamu mancanegara dan kesan dari semua tamu yang datang adalah sangat memuaskan dan sangat mengesankan saking senangnya mereka banyak mengatakan “di sinilah coklatnya Lombok”, “ini adalah tour yang luar biasa”, “ini adalah tour yang paling menyenangkan selama melakukan tour keliling dunia”, “ini adalah pengalaman berharga dalam hidup saya yang harus saya ulangi lagi kesini”, dan lain lain.

Ketika pandemi Covid-19 mengakibatkan terhentinya kunjungan turis asing ke Desa Mas Mas, mereka membuka Taman Dewi Mas di lahan seluas 1,7 hektar untuk menjadi lokasi rekreasi wisatawan lokal. Ada empat kolam pemandian disiapkan untuk masing-masing anak – dewasa terpisah laki dan perempuan. Di setiap kolam juga akan dibangun dua unit homestay jika ada yang ingin menginap. ‘’Kami bangun taman buah Durian dan Manggis selain adanya empat aula terbuka sebagai tempat pelatihan alam,’’ ucap Ketua Kelompok Sadar Wisata Dewi Mas Saiful Bahri, 40 tahun.(*)

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed