Bank Indonesia NTB Panen Cabai di Lombok Timur

LOMBOK TIMUR –  Bekerja sama dengan tiga pondok pesantren (ponpes), Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (BI NTB) menjalankan program INFRATANI. Sudah dimulai sejak akhir tahun 2023, pengembangan komoditas Cabai menjadi piloting dan salah satu green house Ponpes Thohir Yasin di Desa Lendang Nangka Lombok Timur dari tiga ponpes. Jum’at 19 April 2024 lalu, dilakukan panen

Menurut Kepala Perwakilan BI NTB Berry Arifsyah Harahap, Ponpes Thohir Yasin  menjadi salah satu ponpes yang tetap mengikuti perkembangan zaman. Pendekatan greenhouse komoditas cabai menjadi salah satu cara ponpes memenuhi dan menambah jumlah stock pangan di sekitar Ponpes dan daerah Lendang Nangke.

Sejak tahun 2020, BI NTB juga telah membimbing Ponpes Thohir Yasin untuk menggunakan pupuk organik dalam pemanfaatan limbah kotoran dan sisa makanan untuk menyirami lahan sawah di sekitar Ponpes.

Sejak saat itu, Ponpes Thohir Yasin mendapatkan hasil panen yang lebih bagus. ‘’Kini Ponpes Thohir Yasin akan membantu petani lainnya untuk dibina dan didampingi dalam penggunaan pupuk organik,’’ kata Berry.

Pelaksanaan program INFRATANI dengan penggunaan pupuk organik serta greenhouse pada komoditas tomat dan cabai yang ada di Ponpes Thoir Yasin juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat berupa ketahanan komoditas tersebut yang lebih lama. Hasil panen komoditas yang ada di Ponpes Thohir Yasin kini semakin dikenal baik oleh masyarakat.

Pengelola green house ini Faisal, mengatakan, keunggulan yang dapat dilihat dari hasil budi daya dengan teknologi green house ini diantaranya, hama penyakit terkendali, suhu terkendali, sesuai suhu yang cocok dengan tanaman. ‘’Komoditi yang dibudidakan dapat diproduksi pada waktu yang tepat yang diharapkan,’’ ujarnya.

Produktivitas cabai bisa mencapai delapan bulan, dari yang biasanya maksimal hanya 5 bulan. Hasilnya, dalam sebatang antara 800 gram sampai 1 kilogram. biasanya di kisaran 500 gram perbatang. Green house yang dibangun seluas 5 are, dengan total populasi 1.250 batang. Ini pun jarak tanamnya masih bisa dimaksimalkan lagi. ‘’Jika pola tanam diatur, dengan teknologi ini, produksi cabai bisa dilakukan sepanjang tahun,” ucapnya.

Faisal menyebutkan, setelah berhasil mengembangkan cabai di green house, masyarakat yang ingin mengadopsi teknologi tanam ini juga bisa belajar. Selain untuk memenuhi kebutuhan ponpes dan masyarakat sekitar. ‘’Di sini lah tempat belajar masyarakat, santri dan santriwati kalau ingin mengambangkan ini. Jadi tidak sekedar hanya untuk kegiatan produksi,” katanya.

Berry A. Harahap menyebutkan rekayasa pertanian tanaman cabai yang dilakukan di Ponpes Thohir Yasin diharapkan dapat menjadi percontohan bagi masyarakat, ataupun ponpes lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar. Apalagi cabai salah satu komoditas yang harganya fluktuatif.

Sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi di sisi hulu dengan pendekatan berbasis komunitas, BI menurutnya melaksanakan program INFRATANI (Integrated Farming with Technology Information and Society).

Program ini bertujuan untuk mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) serta memperluas ekosistem rantai nilai halal yang berkelanjutan, berdaya saing dan inklusif sehingga dapat menjadi penggerak perekonomian daerah dan nasional.

Pada tahapan awal di akhir 2023, Bank Indonesia telah memilih tiga ponpes di Provinsi NTB untuk menjadi piloting program INFRATANI pengembangan komoditas Cabai yaitu Ponpes Thohir Yasin Lombok Timur, Ponpes Nurul Hakim dan Ponpes Nurul Haramain di Lombok Barat melalui pembangunan Green House dan instalasi peralatan drip irrigation berbasis IoT di masing-masing Ponpes dimaksud.

Keberhasilan ini meluas tercermin dari adanya penyaluran beasiswa kepada lebih dari 260 Santri dengan sumber dana yang berasal dari keuntungan unit usaha Ponpes, seperti: pertanian, peternakan, mart, pengolahan sampah. ‘’Dengan inovasi ini, diharapkan Ponpes lainnya dapat mereplikasi program-program yang telah dilakukan oleh Ponpes Thohir Yasin,’’ ujar Berry.

Berry Arifsyah Harahap menyampaikan harapan atas terselenggaranya program Infratani di Pondok Pesantren, pondok pesantren dapat mengambil peran dalam pengendalian inflasi pangan khususnya komoditas cabai dan dapat memenuhi kebutuhan domestik pondok pesantren serta mendukung program hilirisasi produk turunan dari komoditas cabai.

Oleh karena itu, BI NTB mengajak UMKM binaan BI NTB di Lombok Timur yang merupakan penghasil produk turunan cabai yaitu Zuna Food dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Tetu-Tetu. ‘’Agar nantinya Pondok Pesantren Thohir Yasin dapat bekerjasama menjadi salah satu pemasok bahan baku produksi bagi kedua UMKM Binaan kita ini,” ucap Berry Arifsyah Harahap.

PJ Bupati Lombok Timur, Juaini Taofik dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Thohir Yasin, Ustadz A. Fathoni memberikan apresiasi atas dukungan Bank Indonesia dan menyampaikan bahwa program kolaborasi yang dijalankan antara Pondok Pesantren, Bank Indonesia, dan Pemerintah Daerah ini dapat memberikan manfaat yang luas serta mampu menjaga stabilitas harga dan menambah pasokan khususnya pada komoditas cabai dan diharapkan mampu menjadi contoh bagi Ponpes lainnya.

Lebih lanjut, dari sisi hulu BI terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas komoditas pangan melalui dukungan sarana dan prasarana produksi, koordinasi dan dukungan produksi untuk varietas baru, serta penguatan peran klaster dan petani binaan dan/atau mitra dalam peningkatan produktivitas komoditas pangan antara lain beras, cabai dan bawang merah.

Beberapa program pengendalian di sisi hilir antara lain pelaksanaan Operasi pasar Stabilisasi Harga (OPSH) di berbagai tempat, pembentukan Toko Inflasi, edukasi dan sosialisasi konsumsi dan belanja bijak, kerja sama dengan koperasi dan pedagang besar mitra untuk menjadi offtaker hasil produksi petani binaan/mitra, serta dukungan hilirisasi produk komoditas pangan untuk menciptakan nilai tambah serta menghasilkan produk substitusi.

Program tersebut dilaksanakan sebagai bentuk menjaga tingkat inflasi di Provinsi NTB agar tetap terkendali di kisaran target yang telah ditetapkan yakni 2,5 ± 1 persen dan mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi wasilah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.(*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *