DESA JURIT LOMBOK TIMUR – Sepasang balita kembar siam keduanya perempuan Anaya Rizka Ramadhani dan Inaya Riza Ramadhani, kelahiran 8 Mei 2019 anak dari pekerja serabutan buruh bangunan asal Desa Jurit Kecamatan Pringgasela Kabupate Lombok Timur, Senin 31 Januari 2022 dibawa ke RS Dr.Soetomo Surabaya untuk menjalani operasi pemisahan 7 Februari 2022.
Kondisi tubuh bayi kembar tersebut berdempetan pada bagian perutnya dan kedua hatinya menyatu (menempel). ‘’Masing-masing organnya lengkap. Keluhan selama ini susah bergerak karena menyatu,’’ kata Dr. M Tontowi Jauharri SpB selaku Direktur RSUD Dr.Soedjono Selong, Sabtu 29 Januari 2022 petang. Si kembar dilahirkan di RSUD Dr.Soedjono yang berjarak 25 kilometer dari desanya.
Menurutnya, si bayi kembar sudah mulai mengerti dan sudah berinteraksi dengan sekitarnya. Karenanya, menurutnya, disegerakan operasi pemisahan agar tidak menimbulkan perasaan minder karena merasa berbeda dengan yang lain. ‘’Psikologis, kenapa berbeda dengan orang lain,’’ ujar Tontowi Jauhari.
Operasi pemisahan Anaya dan Insya dibiayai oleh Pemereintah Kabupaten Lombok Timur. Disiapkan dari anggaran pos tak terduga sebesar Rp 1 miliar. Kemarin pagi, bayi kembar ini dijenguk oleh Bupati Lombok Timur M Sukiman Azmi bersama istrinya, Hartattik. “Sengaja saya berkunjung langsung, memastikan rencana berjalan baik,” ucap Sukiman
Untuk melakukan operasi pemisahan ini, telah dibentuk tim yang mendampingi keberangkatan ke Surabaya, hingga proses operasi rampung. “Cepat sehat ya, cepat kembali lagi ke Lombok, nanti main sama kakek lagi,” kata Sukiman Azmi mengajaka bicara si kembar. Keduanya, hanya mengangguk kalau diajak berbicara. Sambil sesekali menatap wajah bupati, mereka tampak lebih sibuk dengan ponsel pintar dalam genggamannya.
Menurut Husniati, ketika Dr Tontowi Jauhari mengajak bicara rencana pergi ke Surabaya, si kembar menduga akan diajak pergi Yasinan di Surabaya. ‘’Yasinan Yasinan,’’ ucapnya seperti dikutip Husniati.
Anayah dan Inayah lahir dari bapaknya, Jupri, 40, sebagai anak kedua dan ketiga dan anak keempat dan kelima dari Husniati. ‘’Mereka sudah bisa berhitung 1 – 10 dalam bahasa Arab dan Inggris,’’ ujar Husniati. Juga mampu mengucap nama – nama hari, bulan dan nama-nama shalat serta membaca surat pendek Al Qur’an diantaranya Al Ihlas.
Namun, mereka juga sering merasa malu jika ada yang membuka bajunya ingin memotret bagian tubuhnya yang berdempet. Juga ketika bertemu orang lain, satu diantaranya memintanya masuk ke dalam rumah sambil merapat di tembok atau digendong. Karena kendala buang air yang tidak bersamaan makan keduanya selalu menggunakan pampers yang selain beli sendiri juga mendapatan kiriman dari lembaga sosial di Mataram, yang berjarak 55 kilometer ke Desa Jurit Kecamatan Pringgasela Lombok Timur..(*)