by

Akke dan Lambertus Giat Pariwisata di Lombok dan Sumbawa

MATARAM – Untuk membangkitkan keterlibatan masyarakat menjelang kebangkitan pariwisata di Lombok Tengah setelah kehadiran sirkuit MotoGP, pasangan lansia suami – itri Lambertus Draijer dan Akke M. de Jong selaku pegiat Yayasan Kebon Sepatu melakukan edukasi pemberdayaan petani di Desa Ketare Lombok Tengah menanam Rosela.

Selain itu, mereka yang hadir di Lombok sejak 2006, juga melakukan pembenahan obyek wisata diantaranya penempatan terumbu karang di pantai Senggigi Lombok Barat, mengajak kelompok masyarakat bersih-bersih pantai hingga pantai Kuta Mndalika dan pantai Pink di Kabupaten Lombok Timur.

Bahkan mengajarkan bahjasa Inggris di desa wisata Bilabante Pringgrarat Lombok Tengah. Tidak itu saja, mereka juga mengembangkan tanaman bambu di Sumbawa sebagai bahan pembuatan perahu pengganti kayu. Di Teluk Samota (Teluk Saleh, Moyo dan Tambora) yang memiliki potensi wisata bahari.

Sebagai uji coba, penanaman Rosela dilakukan lahan seluas empat are yang menyertakan lima kepala keluarga di Desa Ketara – desa sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika. Tanaman Rosela bisa menghasilkan teh, selai, sirop dan obat herbal. ”Masyarakat antusias menginginkan menghasilkan teh Rosela ini,” kata Kettua Masyarakat Sadar Wisata Lalu Sandika Irwan kepada Tempo, Senin 19 April 2021.

Ditemui di rumahnya di Kompleks Bale Pelangi Sandik Kabupaten Lombok Barat, Akke M de Jong kelahiran 1956 di Jakarta dari seorang ayah pekerja farmasi di zaman pendudukan Belanda tersebut, mengatakan ingin mendorong masyarakat siap menyambut kehadiran wisatawan di sirkuit MotoGP Mandalika.

Status Akke dalam Yayasan Kebon Sepatu sebagai bendahara. Melalui PT Sasak Studio Sjati yang didirikannya, agar kegiatan sosialnya bisa mandiri, Akke – pensiunan psikolog di Belanda yang bertindak selaku President mengatakan juga ingin memberdayakan pengrajin produksi ekonomi kreatif untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. ”Saya sudah menjalin hubungan dengan pendiri Bank Sampah NTB Mandiri,” ujarnya.

Bank Sampah NTB Mandiri selama ini sudah menghasilkan produk handicraft termasuk konpeksi yang dibuat menggunakan limbah nanas. Menggunakan merek Pinalo dari singkatan Pineapple of Lombok, menurut pendirinya Aisyah Odist, sudah memberdayakan empat kelompok petani nanas di Kabupaten Lombok Timur, pengrajin tenun Sukarara di Kabupaten Lombok Tengah dan pengrajin tenunan di Gumise Giri Tembesi Gerung di Kabupaten Lombok Barat.

Dijadwalkan September 2021 mendatang Akke dibantu suaminya, seorang pensiunan arsitektur di Belanda Lambertus Draijer, 69 tahun,  bahkan akan memulai pembangunan kapal nelayan berbahan bambu – bukan kayu. Ini untuk mencegah semakin rusaknya hutan di pulau Sumbawa. ”Perahu dari bambu lebih kuat dibandingkan menggunakan kayu,” ucap Akke.

Kegiatan yang bermitra dengan Bambu Nusa Verde di Yogyakarta dimulai dengan menanam 170 bibit bambu dari berbagai jenis. Sudah dilakukan kerja sama dengan Universitas Teknologi Sumbawa yang didirikan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah. ”Workshopnya dibangun di Samota,” katanya.

Kawasan Samota yang terdiri dari Teluk Saleh, Moyo, dan Tambora di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat atau NTB resmi menjadi cagar biosfer dunia. Peresmian ini dideklarasikan pada hari ketiga pertemuan The 31st Session of The Man and The Biosphere (MAB) Programme International Coordinating Council di Paris, Prancis, 19 Juni 2019.

Ketua Masyarakat Sadar Wisata Lombok Tengah Lalu Sandika Irwan mengapreiasi peran Akke dan Lambertus memberdayakan masyarakat di bidang pertanian, bahari dan kepeludiannya terhadap pariwisata. ”Kalau diliat dari blueprint rencana kerja dari Yayasan Kebon Sepatu, selalu disambut positif baik secara personal warga maupun sebagai komunitas,” ujarnya.(*)

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed