by

54 Pengusaha Kriya, Kuliner dan Fashion Bertemu Fintech

MATARAM – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong pelaku usaha kriya, kuliner dan busana di Lombok untuk memperoleh pendanaan dari Fintech (Teknologi Pendanaan). Hari ini, Senin 5 April 2021, 54 orang pengusaha dikumpulkan di Hotel Astoria Mataram.

Di sana, mereka dipertemukan dengan dua Fintech berizin, Amalia yang berbasis syariah dan Koinworks yang berbasis konvensional. Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf Hanifah Makarim mengatakan fasilitas fintech lebih membuka peluang pengusaha yang tidak memiliki aset untuk dijadikan agunan. ”Mekanisme Fintech ini jauh lebih mudah,” katanya.

Upaya mempertemukan pengsuaha kriya, kuliner dan fashion di Lombok ini mengingat adanya Kawasasn Ekonomi Khusus Priwisata Mandalika sebagai salah satu destinasi super prioritas (DSP) di Indonesia.  Selama pandemi Covid-19 ini tidak sedikit destinasi di Lombok yang bagaikan kota hantu akibat ditutupnya pintu masuk wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Hanifah Makarim menyebutkan selama 2 – 3 tahun ini difokuskan wisatawan nusantara dan pembenahan destinasinya. Ia mengemukakan kesedihannya banyaknya toko yang tutup walaupun di Lombok masih lebih baik dibanding situasinya di Bali. ”Salah satu permasalahan adalah permodalan,” ujarnya.

Ia mengatakan fintech adalah alternatif pembiayaan.  Selama ini berdasarkan survei diketahui 92 persen pengusaha terlebih dulu membiayai sendiri usahanya dan yang mengenal bank sekitar 24 persen.

Di KEK Pariwisata Mandalika, Oktober 2021 mendatang, akan dimulai dibuka sirkuit MotoGP yang  mampu mendatangkan 150 ribu penonto yang memerlukan 50 ribu kamar hotel. Sedangkan yang tersedia baru 15 ribu kamar. Maka, Hanifah Makarim pun mendorong pengusaha yang memiliki lahan untuk mendirikan homestay, jasa transportasi, mobil dan motor atau kuliner khas daerah. ”Wisman yang datang tidak hanya nonton MotoGP. Juga mencarfi makanan dan souvenir,” ucapnya.

Karena Lombok dikenal sebagai daerah penghasil mutiara hasil budi daya, maka ia menawarkan misalnya dikreasikan kalung masker yang menjadi produk fashion.

Kordinator Pembiayaan Teknologi Finansial Kemenparekraf mengatakan sektor ekonomi kreatif seperti kuliner, fesyen, dan kriya mengalami tren positif dan terus meningkat setiap tahunnya. ”Fintech masih terfokus pariwisata dan ekonomi kreatif,” katanya.

Selama tahun 2020 lalu, kontribusi industri teknologi finansial menyalurkan pembiayaan Rp 128,7 triliun atau meningkat 113 persen. Hingga September 2020 terdapat 89 penyelenggara fintech yang kontribusinya  Rp 9,87 triliun pada transaksi layanan jasa keuangan, dan sebanyak Rp 15,5 triliun disalurkan penyelenggara fintech equity crowdfunding (kelompok usaha masyarakat)  yang telah berizin.

Pengusaha Bandar Sambal Askar Daeng Kamis yang juga mengelola market place LTRIPX meminta dukungan pemasarannya secara digital yang bisa menjangkau wilayah yang luas.

Menurutnya, walaupun terjadi pandemi Covid-19,  pengusaha tidak boleh terlena karena ada sektor bisnis yang tetap bisa berkembang. ”Seperti bisnis digital, ataun kuliner yang cenderung tumbuh dan juga usaha yang melakukan layanan pengantaran,” ujarnya.(*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed