LINGSAR – Selama 10 hari, 20 – 30 November 2023, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat (Dispar Lobar) menyelenggarakan belasan atraksi budaya Sasak dan Bali di Kecamatan Lingsar. Tidak hanya atraksi Perang Topat tetapi juga rangkaian prosesi budaya yang berada di satu lokasi.
Selain memiliki wisata alam yang tersebar di berbagai penjuru, Pulau Lombok juga memiliki banyak sekali wisata budaya, diantaranya adalah Tradisi Perang Topat yang merupakan tradisi turun temurun yang mulai sejak lama. Tradisi ini di laksanakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan perang topat ini diawali oleh ritual di kemalik di pura lingsar. Kemudian masyarakat Hindu dan Muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat. Hal ini sebagai bentuk komunikasi dan kebersamaan antara warga Hindu dan Islam di Lingsar. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud toleransi dan moderasi di pulau Lombok.
Yang berkaitan dengan atraksi budaya tersebut, mulai dari Presean (20 – 25 November 2023), Pembuatan Kebon Odeq (26 November 2023), Roah Gubug (Haul Islami – 26 November 2023) , Mendak Betara (26 November 2023), Ngliningan Kaoq (26 November 2023), Pujawali Piodalan (27 November 2023), Pameran Pusaka Daerah (27 November 2023, Prosesi Ceremony Perang Topat (27 November 2023, Atraaksi Seni Budaya (26 November 2023), Melayagin (30 November 2023), Beteteh atau Nglukar (30 November 2023, Bukak Boto Momot (30 Novewmber 2023).
Kepala Dispar Lombok Barat M Fajar Taufiq mengatakan kesemuanya itu terkait pariwisata budaya. ‘’Kami ingin memperkenalkan prosesi budaya dan benda-benda pusaka yang ada di masing-masing desa di Kecamatan Lingsar kepada para wisatawan yang berkunjung,’’ katanya, Kamis 16 November 2023 siang.
Fajar Taufiq juga berharap bisa sebagai salah satu magnit bagi wisatawan untuk datang ke Lombok Barat dan kedepan akan diadakan pameran benda-benda pusaka yang ada di Kabupaten Lombok Barat.
Secara terpisah Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam menyebutkan Museum NTB bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Lombok Barat mendorong agar masyarakat dan desa menampilkan benda benda pusaka yang mereka miliki. ‘’Ini tergetnya melindungi benda benda peninggalan yang bernilai sejarah dan budaya,’’ ujarnya.
Selain itu mencegah barang barang tersebut bertindak keluar NTB karena perburuan kolektor dari luar, selain mendorong desa membangun museum desa dan menjadikan kebudayaan sebagai basis pariwisata ke depan. ‘’Program strategis museum NTB yaitu Kotakau Museumku. Kami menginginkan semua lingkungan yang bernilai sejarah dan kebudayaan menjadi museum hidup atau living museum,’’ ucapnya.(*)
Comment